Waktu itu, saya kuliah di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujungpandang. Sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Makassar (UNM).
Karena saya mahasiswa Fakultas Olahraga, maka saya lebih banyak menulis artikel olahraga, tetapi saya juga menulis artikel umum, juga menulis cerpen dan puisi.
Jadi Wartawan
Tahun 1992, Koran Harian Pedoman Rakyat membuka pendaftaran calon reporter (wartawan) dan saya mendaftar bersama lebih dari 100 orang lainnya. Syarat pertama yaitu harus sarjana. Pada waktu yang hampir bersamaan, saya juga mendaftar sebagai calon guru PNS di Makassar.
Waktu itu, saya sudah bekerja sebagai guru honorer mata pelajaran olahraga dan juga diminta mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia di STM Dharmawirawan Pepabri Bulukumba (sekarang SMK Dharmawirawan Pepabri Bulukumba).
Terus terang saya tidak punya pengetahuan, apalagi pengalaman jurnalistik ketika mendaftar sebagai calon reporter Harian Pedoman Rakyat pada tahun 1992.
Saya berani mendaftar jadi calon wartawan karena saya seorang penulis dan tulisan saya cukup banyak yang dimuat di Harian Pedoman Rakyat selama masih kuliah (1986-1991).
“Tentu nama saya sudah cukup dikenal di redaksi Pedoman Rakyat,” pikir saya waktu itu.
Pengumuman calon guru PNS hampir bersamaan dengan pengumuman calon reporter Harian Pedoman Rakyat. Hasilnya, saya tidak lulus jadi guru PNS, tapi lulus jadi calon reporter Harian Pedoman Rakyat.
Saya diterima sebagai calon reporter bersama sekitar 25 orang lainnya. Namun ternyata, kami belum diterima secara penuh, karena masih ada masa percobaan selama tiga bulan, kalau tidak salah Januari hingga Maret 1992.
Tiga bulan kemudian, keluarlah pengumuman dan saya dinyatakan lulus bersama enam orang lainnya, yakni saya sendiri Asnawin, Mohammad Yahya Mustafa, Mustam Arif, Rusdy Embas, Ely Sambominanga, Indarto (alm), dan Elvianus Kawengian (alm).
Sejak itulah, kami menjadi wartawan Harian Pedoman Rakyat, sampai akhirnya Harian Pedoman Rakyat tidak terbit lagi pada September 2007.
Gaya Penulisan
Setelah menjadi wartawan, saya tentu lebih bebas lagi menulis. Selain menulis berita, saya tetap banyak menulis artikel, juga menulis berita dalam bentuk feature dan reportase.
Dengan seizin teman-teman di redaksi harian Pedoman Rakyat, saya membuka kolom “Lanskap” yang dicantolkan pada rubrik Opini halaman 4, setiap hari Senin. Kolom Lanskap adalah opini saya dengan gaya esai.
Gaya penulisan saya banyak dipengaruhi tulisan Sumohadi Marto Siswoyo atau Sumohadi Marsis, pendiri dan Pemimpin Redaksi Tabloid Bola (Tabloid Bola awalnya terbit setiap hari Jumat sebagai sisipan Koran Harian Kompas, lalu kemudian Tabloid Bola berdiri sendiri dan saya selalu membeli setiap terbit).