Dengan memajukan sastra BRICS, kita mengembalikan keseimbangan gravitasi narasi dunia.
Kita menyatakan dengan lantang:
Selatan bukan wilayah yang perlu dikaji;
Selatan adalah paduan suara yang harus didengar.
Ketika dunia membaca karya dari BRICS, mereka tidak hanya menemukan karakter baru. Mereka menemukan kembali kemanusiaan mereka sendiri.
Dalam konteks teori sastra dunia, Pascale Casanova dalam The World Republic of Letters (2004) menyebut perlunya decentering of world literature.
Ini upaya menggeser pusat legitimasi dari Paris, London, atau New York menuju ruang-ruang baru. BRICS adalah wujud konkret pergeseran itu: keseimbangan baru dalam peta imajinasi global.
-000-
Kedua, Karena Sastra Adalah Diplomasi yang Paling Lembut, Namun Paling Kuat
Di zaman ketika politik global dibatasi oleh sanksi dan tembok, sastra bergerak diam-diam. Ia melewati halaman buku, menembus hati, dan menghubungkan empati.
Sebuah novel dari Teheran bisa menyentuh pembaca di Johannesburg.
Sebuah puisi dari St. Petersburg bisa menghibur jiwa di Jakarta.
BRICS dapat menjadi rumah penerjemahan dan perasaan, tempat bangsa-bangsa bertemu bukan di ruang konferensi, tapi dalam metafora dan kenangan.
Perjanjian ekonomi bisa usang, aliansi politik bisa bergeser. Tapi satu puisi yang menggetarkan hati lintas bangsa akan bertahan jauh lebih lama dari diplomasi apa pun.
Jika G7 berbicara lewat kebijakan, maka BRICS dapat berbicara lewat puisi.
Jika Barat membangun soft power lewat hiburan,
maka Dunia Selatan membangunnya lewat pencerahan.
Sastra, pada puncaknya, bukanlah propaganda. Ia adalah penyingkapan.
Ia mengingatkan kita bahwa di balik setiap batas negara,
ada jiwa manusia lain yang tak berbeda dengan kita.
-000-
Ketiga, Karena BRICS Dapat Menjadi Nobel Baru, Namun Nobel bagi Empati
Saya mengatakan ini dengan keyakinan:
Penghargaan Sastra BRICS, pada waktunya, dapat sejajar dengan Nobel Sastra.
Bukan sebagai saingan,
tetapi sebagai pelengkap yang dibutuhkan zaman.
Nobel tumbuh dari tradisi moral Eropa—dari filsafat rasionalisme dan humanisme.
Namun BRICS lahir dari jiwa Global South, dari berabad penderitaan, keimanan, dan kelahiran kembali.
Jika Nobel menghormati kecemerlangan individu,
BRICS dapat menghormati imajinasi kolektif,
yakni keberanian bersama bangsa-bangsa
yang mengubah luka menjadi lagu.
Ia bukan hanya merayakan kepiawaian seorang penulis,
tetapi juga daya tahan suatu bangsa.
Sebab di Selatan, menulis sering kali adalah tindakan perlawanan;
menerbitkan adalah tindakan harapan;
dan bermimpi, di tengah ketimpangan, adalah tindakan iman.


br






br






