Melihat Rumah Lebih Dekat

Melihat Rumah lebih dekat
Rumah Panggung

Oleh: Musakkir Basri

NusantaraInsight, Makassar — Rumah adalah tempat untuk menyimpan, mengabdi, pendidikan, kebudayaan, dan perlawanan. Perlawanan masyarakat Indonesia terhadap kolonialisme Belanda jadi bukti keberadaan Rumah Panggung.

Hal ini bisa dilihat pada dataran Bugis, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan daerah lain di Indonesia. Mayoritas penghuni dan bahkan semua masyarakat menggunakan Rumah Panggung.

Melihat lebih dekat, lambang Rumah Panggung adalah kebijaksanaan. Tak ada keegoisan pada rumah panggung. Mengapa? Sebab masih memberi tanah untuk bernafas dan hidup seraya memberikan kehidupan pada manusia.

Seiring waktu berjalan, beberapa orang menyebut rumah panggung sebagai pertanda kemiskinan. Sedangkan jika di hitung, ongkos rumah panggung dengan rumah batu memliki ruang berbeda.

Masih unggul ongkos rumah panggung dibandingkan rumah batu. Kayu yang kebayakan orang gunakan adalah kayu besi yang katanya bisa bertahan lama dan tidak termakan oleh rayap nakal.

Pun, ini merupakan hasil dari kerja tangan masyarakat Indonesia untuk mencipta peradaban Rumah Panggung. Arsitektur Indonesia memberi kesempatan untuk masyarakat kita melihat kekayaan dan kekuatan melalui rumah panggung.

BACA JUGA:  Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba di Kalangan Remaja!

Namun, rumah panggung hanya akan jadi misteri dunia yang pernah melihatnya setelah modernitas menggilas identitas.

Tangan-tangan itu tak lagi bergelut dengan kayu dan daun rumbia. Semua berubah jadi batu dan besi. Sepotong tangan membengkak modernitas dan tidak lagi menggunakan bahasa kebijaksanaan. Menggantungkan dengan keegoisan. Membangun pagar dengan tinggi agar jadi pembatas antara masyarakat kelas atas, tengah, dan bawah. Pada akhirnya, hidupmu adalah hidupmu dan hidupku adalah hidupku.

Rasa penasaran mengenal lebih dekat arsitektur Indonesia membawa pada pertemuan diskusi bersama bapak Sudarmawan (salah satu dosen arsitektur Universitas Bunga Karno Jakarta).

Alih-alih dia berkata bangunan tua hari ini hanya akan membuat kita lebih percaya bahwa simbol masyarakat Indonesia bukan sepotong tangan yang lupa akan dirinya. Mereka bergotong royong dan saling melengkapi untuk membuat prasasti sejarah dan benteng pertahanan dalam melawan penjajah. Rumah panggung sebagai peraduan sejarah, bahwa masyarakat kita mewakili maritim dan agraria.

Tak ada gengsi. Semua atas nama kehidupan. Pikiran kembali menyadari, andai orang-orang bekerja atas nama kehidupan sudah pasti tak ada lagi kesombongan, kerakusan, dan korupsi. Simbol 3K untuk Indonesia sudah cukup untuk mewakili tangan sepotong dan memberi arti pada rumah panggung.