Mantan Dirut BRI Temu Kangen: (5-Habis) Wawancara Sambil Bermain Golf dengan Wapres

Dahlan Abubakar dan nyonya foto bersama Asmawi Syam dan nyonya

NusantaraInsight, Makassar — Bagian akhir tulisan ini bukan cerita dalam temu kangen itu sebenarnya, tetapi sekadar bumbu tambahan untuk menambahkan sisi lain silaturahim saya dengan Asmawi yang tidak pernah pudar. Di dalam buku autobiografi saya berjudul “Lorong Waktu” (Penerbit Phinatama Media, 2021), Asmawi Syam sempat menoreh kesannya.

BACA JUGA:  Mantan Dirut BRI Temu Kangen: (1) Kepemimpinan Pelayan versi Habibie

Selengkapnya:
“Saya mengenal Pak MDA sebagai sosok yang sangat mencintai dunianya “jurnalisme”, sejak menapakkan kaki di kampus sebagai mahasiswa, sampai dengan saat ini secara totalitas ditekuninya. Diawali ikut membesarkan koran kampus “Identitas” sampai berkiprah di koran “Pedoman Rakyat.”
Secara personal kami berdua sangat dekat sebagai aktivis kampus. Pak MDA bergaulnya luas, sahabatnya banyak, dan merawat persahabatan dengan prinsip friendship for life. Itulah kekuatannya yang selalu dijunjung tinggi. Jika ada perbedaan tidak mengganggu persahabatan. Kami bersahabat sampai saat ini, tidak hanya saya tapi juga dengan Istri saya yang juga aktivis Kampus. Bahkan keduanya sama-sama diwisuda di Aula Fakultas Kedokteran Unhas pada awal tahun 1981.

Pak MDA sangat care dengan sahabat. Hal lain yang mengesankan Pak MDA memiliki kepribadian yang cool, membawa suasana teduh baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam berbagai interaksi kemahasiswaan dan forum-forum diskusi. Suasananya selalu damai. Menghargai persamaan dan perbedaan.

BACA JUGA:  Mantan Dirut BRI Temu Kangen: (2) Tiga ‘Jimat’ yang Buat ‘Survive’

Meskipun kami memilki profesi yang berbeda, Pak MDA sebagai jurnalis profesioanal, saya bankir profesional, tidak membuat kami sulit menemukan persamaan dalam berbagai dialog. Harapannya be your self because that is your strength”.

Hubungan silaturahim saya dengan Asmawi terjalin sejak mahasiswa. Kita sama-sama aktivis. Bedanya, dia aktivis organisasi kemahasiswaan dan aktivis pers kampus. Posisi yang berbeda ini selalu membuka ruang kami selalu berkomunikasi. Posisi saya ini membuat nyaris tidak ada aktivis angkatannya yang saya tidak kenal dan sebaliknya.

BACA JUGA:  Mantan Dirut BRI Temu Kangen: (3) Dari Staf ke Posisi Puncak

Setelah barkarier di BRI, saya boleh disebut kerap bertemu dengan sobat Asmawi Syam. Termasuk ketika menjabat Pemimpin BRI Cabang Somba Opu, saat dia mengubah pemandangan di Pantai Losari dengan bantuan gerobak penjual pisang epek berlabel BRI.

Ketika saya meliput PSM di Surabaya pada tahun 1990-an, kebetulan Asmawi sedang bertugas di Kota Pahlawan tersebut. Mumpung tidak ada kegiatan pagi, hari Ahad pula, saya dengan almarhum Syarif Usman (TVRI), mengontaknya.

Mungkin juga lagi tidak ada acara, kami berdua pun dijemput dengan mengemudi sendiri mobilnya. Tujuan kami adalah sebuah lapangan golf. Kami tidak bermain golf di sini, hanya bersantap siang. Setelah itu kami diantar ke hotel tempat menginap.
Setelah itu, pertemuan kami biasanya di Jakarta saat saya belum purnabakti dan ada tugas ke ibu kota.