“Ini bisa menjadi pelajaran hidup bagi masyarakat lokal. Kita sangat mengharapkan keterlibatan pihak Kapolsek, Dan Ramil, Camat, Kehutanan, dan pihak terkait lainnya,” harap Abdillah, sosok guru yang lebih memilih menjadi penilik ini dan memutuskan tidak menerima sertifikasi demi mengabdikan diri sebagai pejuang lingkungan hidup di Kecamatan Parado.
Pada areal seluas 300ha ini melibatkan sekitar 188 orang anggota yang dibagi ke dalam tiga kelompok tani hutan (KTH). Kelompok Mada Singgi dipimpin Sukardin, M.Saleh (Sekretaris), dan Nasaruddin (Bendahara) dengan anggota 34 orang. Kelompok Mada Nangga diketuai Junaidin Ibrahim, Muhammad Jafar (Sekretaris), dan Hasan (Bendahara) dengan anggota 54 orang. Kelompak So Rade Inanane dipimpin Bambang dengan Sekretaris Muhammad Wildan dan Bendahara Syaiful, beranggotakan 100 orang.
Pengurus dan anggota KTH ini ditetapkan berdasarkan surat keputusan yang ditandatangani Camat Parado Hamzah S.Sos masing-masing pada tanggal 17, 18, dan 19 September 2018.
Junaidin Ibrahim menjelaskan, komoditas di Mada Nangga seperti durian yang ada di lokasi pengelolaannya sudah tiga tahun berbuah. Pada musim buah yang lalu, menghasilkan 300 buah. Harga per buah Rp 50.000 tergantung besar kecilnya buah durian,
Sedangkan dari 100 pohon kemiri yang tumbuh, 95 pohon sudah berbuah. Suherman, Kepala Resor Kehutanan Parado menyebutkan, orang yang tak paham matematika saja mengerti jumlah keuntungan yang diperoleh petani kemiri ini.
Satu pohon bisa menghasilkan sedikitnya 50kg, dikalikan jumlah pohon yang berproduksi (95 pohon) total 4.750kg. Harga kemiri bulat per November 2024 Rp 72.000/kg. Jika dikalikan jumlah perkiraan produksi dengan harga yang berlaku, maka petani akan meraup rupiah 342 juta/tahun.
Komoditas kemiri (aleurites maluccana) memiliki banyak manfaat. Dikutip dari laman www.alodokter.com, kemiri dapat dimanfaatkan untuk bumbu makanan dan kesehatan. Secara rinci manfaat kemiri dapat menyuburkan rambut, mencegah keriput, mencegah infeksi, mengatasi sembelit, menjaga kadar kolesterol, menurunkan risiko terjadinya hipertensi, mengurangi risiko penyakit jantung/stroke, menjaga kesehatan tubuh secara umum, sebagai zat pewarna dan juga sebagai pupuk. Di dalam 100 gram kemiri terdapat 680 kalori.
“Hasil diperoleh dengan prinsip pasif. Artinya, petani hanya memungut biji kemiri, tanpa mengeluarkan biaya pupuk, biaya tenaga kerja. Sangat berbeda dengan petani jagung yang semua komponen produksinya memerlukan dana,” kata Abdillah M.Saleh.
Junaidin Ibrahim (59), Ketua Kelompok Tani Mada Nangga mengakui, penghutanan kembali lahan gundul ini selain sudah tampak hijau dan memberikan hasil, juga oksigen yang hutan ini sudah tersedia lagi secara normal.







br






