L.E.Manuhua : Lolos Berkat Kamera Tanpa Film

Manuhua
Presiden Soeharto menyerahkan tanda penghargaan Bintang Mahaputra Utama kepada L.E.Manuhua di Istana Negara 15 Agustus 1994. (Foto: Dok.Buku).

Meskipun di luar harian yang dipimpinnya dibebani tanggungjawab yang tak ringan, Manuhua tetap menjabat sebagai Redaktur/ Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Harian Pedoman Rakyat (1947 hingga akhir hayatnya).

Selama di Makassar, tak terdengar kencang keaktifan Manuhua di bidang organisasi politik. Namanya selalu muncul dengan bendera PWI. Tetapi ketika masih di Ambon, dia pernah aktif dalam Partai Indonesia Merdeka Ambon (1946/1947), kemudian tercatat sebagai Pendiri/Sekretaris Persatuan Pemuda Indonesia di Ambon (1946-1947), Partai Kedaulatan Rakyat Makassar (anggota, 1947-1948), Ketua Kebaktian Rakyat Indonesia Maluku Makassar (1947-1950), Sekretaris Gerakan Anak Muda Indonesia Makassar (1948-1950), Sekretaris Badan Penunjang Keluarga Tahanan (1948-1950), Ketua PWI Cabang Makassar (1948) dan Pengurus PWI Pusat (1988), Anggota Badan Pertimbangan PWI Pusat (1980-1988), Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat (1980 -2003).

Putra dari Esau Mateus Manuhua (meninggal di Ambon, 1945) dengan ibu Ruth Karnaty ini memiliki lima saudara kandung (Corlina, Maria, Elizabeth, Johanna, dan Naomi). Dari hasil perkawinannya dengan Johanna Leonora Wacanno, Manuhua dikaruniai delapan orang anak, masing-masing: Srikasih Nurani, Djajandy Putri, Mediana Farida, Ventje Satriabuana, Ruthiana Junita, Benny Indranusa, Liniaty Canceria, dan Johanna E.Monica.

BACA JUGA:  Mahasiswa KKNT Unhas Buat Inovasi Sederhana untuk Pengelolaan Sampah Organik dan Konservasi Air di Desa Otting

Sebagai sesepuh pers Indonesia, Manuhua sudah mengantongi penghargaan sangat bergengsi dari negara dan organisasi profesi yang digelutinya.

Penghargaan-penghargaan itu adalah: Penghargaan Penegak Pers Pancasila PWI (1989), Bintang Mahaputra Utama (1996), Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI, dan menerima cincin penghargaan dari Pemda Sulsel sebagai warga Sulsel yang memperoleh Bintang Mahaputra Utama (1996).

Ketika masih aktif meliput, terutama pada saat berkecamuknya gerombolan Abd. Qahar Mudzakkar, Manuhua sering ikut bersama tentara yang melaksanakan operasi saat Jenderal Jusuf menjabat Panglima Kodam XIV Hasanuddin (kini Kodam VII Wirabuana lalu kembali menjadi Kodam XIV Hasanuddin). Dia sangat dekat dengan mendiang Jenderal M.Jusuf.

Selasa malam, 25 November 2003, pendiri harian Pedoman Rakyat itu meninggal dunia dalam usia 78 tahun, di Rumah Sakit Hikmah Makassar.

Penyakit stroke yang telah dideritanya sejak tahun 1991 menjemputnya menuju kematian. Tokoh pers kelahiran Ambon, 4 Juni 1925 ini meninggalkan delapan anak, enam putri dan dua putra. Istrinya, Johanna Leonora Wacanno yang dinikahinya empat tahun setibanya di Makassar, berpulang lebih dulu tahun 1996.

br
br