“Nanti saya pi yang buatkan ki koktail buah,” begitu dalih seorang teman, yang lebih memilih membuatkan minuman daripada turun kerja fisik.
Di halaman depan rumah Pak Kades, memang banyak tumbuh buah. Ada pepaya, jambu biji, delima, dan lainnya.
Terasa bahwa walau kami baru bertemu di lokasi, kami cepat akrab sebagai satu almamater. Jaket dan topi KKN, dengan logo ayam jantan bertuliskan UNHAS jadi perekat kami satu sama lain.
Alasan izin pulang ke Makassar juga tak jauh-jauh dari itu. Bila waktu lowong, ada yang minta izin pulang sebentar. Begitu dia balik, dia membawa kue sekotak kaleng Khon Guan, tapi isinya baruasa, yang nanti dimakan ramai-ramai.
Suatu ketika, Ricky yang minta izin untuk ke Makassar. Teman-teman pun memesan macam-macam. Entah kesal atau sekadar bercanda, dia langsung bilang dalam logat Makassar.
“Takkala tokoku yang saya bawa ke sini,” kata Ricky dengan nada tinggi.
Tawa kami seketika pecah mendengar kalimat yang tidak terduga itu. Orang tua Ricky rupanya punya toko di Jalan Rappocini.
Ricky pun ke Makassar. Begitu kembali, dia membawa beberapa camilan dan majalah cerita Donald Duck lumayan banyak. Cerita tentang bebek sok tahu yang digambarkan suka mengenakan baju pelaut tanpa celana itu, merupakan salah satu karakter Disney, yang muncul pertama kali tahun 1934.
Kisah Donal Bebek ini terasa penuh drama, karena ada Paman Gober (Scrooge McDuck), yang kaya raya tapi pelit. Membaca tokoh-tokoh fiktif yang karikatural ini, tentu saja sangat menyenangkan dan bisa membunuh kebosanan.
Selama di lokasi KKN, kami pernah diajak warga ke tambak menangkap ikan bolu. Bahkan kami membakarnya di sana, menyantap ikan segar, dengan cabe yang kami petik dari situ pula. Tambak di desa ini mulai dikembangkan sejak tahun 1990an.
Rupanya, tidak semua peserta KKN bernasib mujur, mendapat lokasi yang bagus seperti kami di Paria. Jika sesama anak KKN bertemu, tak jarang keprihatinannya yang diceritakan.
Misalnya, ada teman yang curhat tentang menu makanan, yang hanya merasakan ikan segar bila hari pasar. Selebihnya, katanya, dia makan paku berkarat. Paku berkarat yang dia maksud, ternyata ikan teri kering hehehe.
Saling berbagi kisah dan dinamika di lokasi KKN terjadi bila kami berkunjung ke lokasi teman, atau teman yang ke desa kami. Dalam situasi bertemu di kampung orang ini, keriuhan pasti terjadi, layaknya saudara yang lama tak bertemu.
Situasinya kian seru saat kegiatan di kecamatan. Apalagi, kami mendapat kunjungan Rektor UNHAS, Prof Basri Hasanuddin. Kesempatan untuk berfoto bersama tak disia-siakan. Maklum, di kampus jarang bisa ketemu Rektor.