Di redaksi SH langsung menggelar rapat kilat. Tim khusus dibentuk. Semua reporter yang bertugas di instansi yang ada kaitan dengan terbakarnya Tampomas II dikerahkan.
Dari Jakarta SH menerbangkan satu wartawan ke Ujungpandang. Panda sendiri meluncur ke kantor Fanny. Dia sempat menunggu, saat tuan rumah sedang menelepon. Pas Fanny meletakkan gagang telepon, Panda menerobos masuk ke kantornya. Dia langsung mencecarnya dengan pertanyaan.
“Waduh, Pan, nggak bisa sekarang wawancaranya. Lu nggak lihat saya lagi sibuk. Sore ini gue disuruh menghadap Presiden,” tangkis Fanny, kemudian menawarkan;” Kalau mau, lu ikut aja di mobil. Tapi nanti turun di jalan. Oke”.
Menjelang pukul 19.00 Fanny keluar dengan membawa beberapa map biru. Sembari menerobos kerumunan wartawan yang sudah ‘menyemut’ Fanny segera menuju mobil. Panda terus memepet dia.
“Sudah, kau ikut aku,” kata Fanny sambil memegang kemudi mobil.
“Pegang dulu ini,” sambungnya lagi lalu menyerahkan setumpuk map biru kepada Panda.
Dia konsentrasi mengemudi mobil. Tatapan matanya ke depan. Kesempatan itu dimanfaatkan Panda diam-diam membuka isi map. Dia terkejut. Ada beberapa laporan di map itu. Ada untuk Presiden, Panglima ABRI, dan juga untuk Menteri Perhubungan.
Kenakalan Panda pun muncul. Lembaran untuk Menteri Perthubungan, dia tarik dari map. Dia melipatnya dan memasukkannya ke dalam baju di tengah Fanny mengemudi mobil dengan penuh konsentrasi dalam kecepatan relatif tinggi.
Tiba di Jl. Cendana, Panda turun untuk menunggu mobil redaksi SH yang datang menjemput. Dia melihat Fanny tergopoh-gopoh keluar dari rumah Soeharto dan menuju mobilnya.
Agaknya mencari sesuatu yang tertinggal. Dibantu petugas Pampres menggunakan senter menyorot tempat duduk keduanya.
“Apakah lu lihat kertas yang jatuh. Isi map satu kosong. Tidak ada isinya,” kata Fanny.
“Mana tahu saya? Jangan-jangan sekretaris Anda lupa meletakkannya,” sahut Panda yang tahu barang nan dicari itu ada di balik bajunya.
Fanny terlihat panik. Dengan terlihat putus asa karena apa yang dicarinya tidak ada, dia kembali masuk ke kediaman Soeharto.
Panda berjalan kaki beberapa ratus meter untuk mencari taksi karena mobil redaksi tak kunjung muncul. Di atas taksi saat lampu jalan terang benderang, dia mencabut kertas dari balik bajunya. Dia terperangah. Laporan di tangannya bersifat rahasia. Tapi sangat penting diketahui oleh masyarakat.
Selang beberapa jam kemudian, Fanny menelepon,
“Gila lu, Pan, ‘ngerjain’ gue. Itu berkas yang mau gue kasih ke Presiden dan Menteri, malah lu tilep. Cepat kembalikan,” kata Fanny marah-marah.
“Tenang, Fan, sekarang juga gue ‘balikin’,” tangkis Panda dan gara-gara penilepan berkas Tampomas II ini hubungan keduanya sempat merenggang. Dari berkas itulah SH unggul dalam pemberitaan awal terbakarnya Tampomas II.