Kemandirian Pola Pikir

NusantaraInsight, Makassar — Kamis-Sabtu. 9-11 November 2023. Pemerintah Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar mengelar kegiatan literasi pemberdayaan masyarakat di Hotel Almadera Makassar kegiatan ini melibatkan peserta dari berbagai elemen penting, antara lain : Kepala Desa, Lurah, Sekertaris Desa, sekertaris Lurah, dan imam desa se-Kecamatan Galesong Utara Saya diminta langsung oleh Camat Galesong Utara sebagai salah satu pemateri diluar instansi pemerintah untuk hadir sebagai narasumber dengan tugas membahas materi yang berjudul “Grand Desain Pemberdayaan Kemandirian Masyarakat,” sesuai dengan latar belakang keseharian yang saya geluti lewat Komunitas Anak Pelangi (K-Apel)

Pada kesempatan tersebut sebelum saya memulai penyampaian materi yang diamanatkan, saya mencoba memastikan tiga hal kepada seluruh peserta yang hadir. 2 hal tersebut adalah Pertama, saya bertanya apakah mereka menghafal lagu Indonesia Raya?? Sebagai landasan materi saya, dan Ternyata, hanya 1-2 orang dari peserta yang hadir yang dapat menghafal lagu tersebut dengan baik dan benar.

Kemudian, saya mengajukan pertanyaan kedua, khususnya kepada Kepala Desa dan Lurah. Apakah mereka sering mendapatkan pertanyaan dari warga, baik di jam dinas maupun di luar jam dinas, mengenai adanya bantuan atau sembako? Semua kepala desa dan lurah yang hadir menjawab dengan jawaban yang sama, yaitu bahwa mereka selalu mendapatkan pertanyaan semacam itu dari warga.

BACA JUGA:  Komunikasi Publik, Modal Bagi Karier dan Kehidupan

Dari permasalahan tersebut diatas, terlihat bahwa sepertinya ada yang salah dalam konsep rencana pembangunan, pembangunan seharusnya mengacu pada kemandirian pola pikir masyarakat, atau kemandirian masyarakat seperti yang tercermin dalam lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya, yaitu “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya.” Olehnya itu, konsep pembangunan seharusnya berfokus pada pembangunan kemandirian masyarakat, bukan menciptakan ketergantungan. Tidak seharusnya masyarakat bergantung pada bantuan sembako atau sejenisnya, seperti tersirat pada lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya tersebut sebagaimana diungkapkan dalam pepatah, “Berilah Kail, Jangan Ikannya”

Edmund Burke (Politikus dan filsuf dari Inggris 1729-1797) mengatakan bahwa : “Tetapi ketika para pemimpin memilih untuk menjadikan diri mereka penawar pada lelang popularitas, bakat mereka, dalam pembangunan negara, tidak akan ada layanan. Mereka akan menjadi penjilat, bukan legislator, instrumen, bukan pemandu rakyat.”

Demikian pula dikatakan Ban Ki-moon bahwa : “Tujuan Pembangunan Milenium adalah janji untuk menegakkan prinsip-prinsip martabat manusia, kesetaraan dan kesetaraan, dan membebaskan dunia dari kemiskinan ekstrim. MDGs, dengan delapan tujuan dan serangkaian target terikat waktu yang terukur, menetapkan cetak biru untuk mengatasi tantangan pembangunan yang paling mendesak di zaman kita.”