Jejak Toleransi : Pelajaran Mozarabes di Semenanjung Iberia untuk Indonesia

Budaya mozarabes di semenanjung Iberia
Budaya mozarabes di semenanjung Iberia

NusantaraInsight, Bulukumba — Dalam konteks keberagaman dalam beragama, Indonesia seringkali dihadapkan pada tantangan dalam mempromosikan toleransi dan harmoni antar umat beragama. Salah satu isu yang saat ini muncul ditengah masyarakat adalah pandangan negatif terhadap budaya perang takjil umat Kristen di Indonesia.

Namun, sejarah Mozarabes di Semenanjung Iberia menawarkan pelajaran berharga tentang bagaimana menjadi ke islam-slaman dapat menghasilkan budaya yang kaya dan toleran.

Pada abad pertengahan, saat Dinasti Umayyah II membangun kekhalifahan baru di Semenanjung Iberia, muncul budaya baru yang dikenal sebagai Mozarabes. Mozarabes adalah orang Kristen yang memilih untuk menjadi ke islam-islaman. Mereka mengadopsi cara berpakaian, perilaku, bahkan bahasa Arab, sebagai bagian dari identitas mereka yang baru. Bahkan, tidak hanya masyarakat umum yang terpengaruh, tetapi juga pendeta-pendeta gereja yang mulai melantunkan bait-bait syair dan berkirim surat menggunakan bahasa Arab.

Pertanyaan yang muncul adalah: Apa salahnya menjadi ke islam-islaman? Sejarah Mozarabes menunjukkan bahwa langkah ini adalah langkah yang lebih dekat dalam memahamkan orang lain tentang Islam, bukan sebagai agama yang memaksa, tetapi sebagai agama rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam. Islam tidak pernah memaksakan atau mencegah orang lain menyerap budaya mereka. Sebaliknya, Islam membuka pintu bagi penyerapan budaya yang harmonis, bahkan melahirkan kultur baru.

BACA JUGA:  Rusdin Tompo : Kita ini Mau Dikenang Sebagai Siapa ?

Toleransi beragama yang menjadi budaya ke islam-islaman di Semenanjung Iberia didorong oleh kehadiran pemimpin yang baik dan cinta akan ilmu pengetahuan, sosok perintis Emirat Andalusia yang kelak menjadi Kekhalifahan Baru, Abdurrahman Ad Dakhil. Melalui ilmu pengetahuan, masyarakat Iberia memahami keindahan bahasa Arab, etika, dan budaya Islam.

Hal ini tercermin dalam adopsi pakaian dan adat istiadat yang berakar dalam tradisi Islam. Pemimpin yang berjiwa toleran dan terbuka akan ilmu pengetahuan memainkan peran penting dalam mempromosikan harmoni dan kedamaian antar umat beragama.

Namun, pelajaran dari Mozarabes tidak hanya relevan bagi sejarah, tetapi juga bagi masa kini, terutama bagi Indonesia yang juga berada di persimpangan keberagaman agama. Penting bagi kita untuk mengambil contoh dari Mozarabes dalam membangun masyarakat yang inklusif, di mana setiap individu diperlakukan dengan hormat dan toleransi tanpa memandang agama atau kepercayaan mereka.

Toleransi beragama bukanlah tugas yang mudah, tetapi Mozarabes menunjukkan bahwa hal itu dapat dicapai melalui pendekatan yang terbuka, didorong oleh keinginan untuk saling memahami dan menghargai. Indonesia, dengan keberagaman agamanya yang kaya, memiliki kesempatan untuk menjadi teladan dalam mempromosikan toleransi dan harmoni antar umat beragama, seperti yang telah dilakukan oleh Mozarabes di Semenanjung Iberia pada masa lalu.