Iwan Azis, Gaya Nonton Film Era Jadul, Hingga Pengurus Organisasi Bioskop

Lulus dari situ, dia masuk SMA Dwi Jaya, tapi sekolahnya menumpang di SMA Negeri 1 Makassar di Jalan Gunung Bawakaraeng. Anak-anak sekolah di situ, katanya, sering ke Lapangan Karebosi untuk bermain bola.

Sebagai remaja, tentu saja Iwan Azis mengikuti tren mode yang berkembang. Kala itu, celana skinny atau pencil pants dan jeans marak dikenakan. Gaya rambut potongan bob ala empat personel The Beatles, Jhon Lennon, Paul McCartney, Ringo Starr, dan George Harrison, banyak digandrungi.

Ketika remaja seusianya belum banyak yang punya kendaraan pribadi, dia sudah punya tunggangan bergengsi. Sehari-hari dia mengendarai sepeda motor Zundapp produksi Jerman. Dia juga kemudian punya mobil Jeep Willys, keluaran Amerika Serikat.

“Kalau ada cewek kita taksir, lalu datang ke rumahnya di lorong, pulangnya kita diadang. Anehnya, bukan keluarganya yang adang ki, tapi anak-anak muda di situ. Tidak jelas juga alasannya kenapa,” kenang Iwan Azis sambil tertawa.

Setelah meneguk teh susunya, Iwan Azis lanjut bercerita. Saya asyik mendengarnya, dengan sesekali menikmati kopi susu yang masih hangat.

BACA JUGA:  Gula Melejit, Rakyat Menjerit!

Era itu, jelas Iwan Azis, dia tak leluasa bisa menonton di bioskop. Malah sulitnya setengah mati. Sebab, setiap kali masuk bioskop, harus memperlihatkan kartu identitas.

Syarat menonton, kala itu, harus sudah berumur 17 tahun. Sehingga, kartu identitas sangat bernilai. Tidak boleh masuk bioskop kalau terlihat masih memakai celana pendek, karena itu menunjukkan masih anak-anak.

Terkadang, tambahnya, dia terpaksa memalsukan kartu identitas supaya bisa menonton. Hanya saja, dia tidak selalu beruntung. Pasalnya, dahulu, masih ada yang namanya ekstra, saat awal promosi film diputar.

Setelah masuk ekstra, lampu bioskop dinyalakan. Kemudian petugas datang melakukan sweeping. Semua orang yang berada di dalam bioskop diperiksa kartu identitasnya. Kalau tidak cukup umur, akan dikeluarkan. Petugas sangat ketat menegakkan peraturan soal batas usia menonton film, kala itu.

“Saya masih ingat, filmnya Penarek Becha. Saya mau nonton di bioskop Sirene, di Jalan Gunung Lompobattang, sekarang bioskop ini jadi toko sepatu. Bioskop ini memang banyak memutar film-film dari Malaysia, Filipina, dan India,” kisah Iwan Azis penuh semangat.

BACA JUGA:  IDULFITRI DAN PENGEMBANGAN DIRI.

Pernah, dia dan teman-temannya ‘menyelundup’ agar bisa menonton. Dia masih ingat, tahun 1955, filmnya P. Ramlee, bintang asal Malaysia, yang lagi menjulang namanya. Film-film asal negeri jiran Malaysia, dahulu katanya, lebih dominan masuk ke Makassar, dibanding film-film nasional.

P. Ramlee tak hanya terkenal di Asia Tenggara, tapi juga Hong Kong hingga Jepang. Aktor ini punya nama lengkap Tan Sri Datuk Amar Dr. Teuku Zakaria bin Teuku Nyak Puteh. Ayahnya berasal dari Lhokseumawe, Aceh, ibunya orang Malaysia. Penampilannya yang mirip bintang Hollywood, Clark Gable, dengan rambut keriting dan kumis tipis, banyak ditiru penggemarnya.