Fenomena Bahasa Media: Kendaraan Antre, Kok Menumpuk

Menumpuk
Kendaraan menumpuk (ilustrasi)

Catatan M.Dahlan Abubakar

NusantaraInsight, Makassar — “Dia sendiri bersama rombongan berangkat pulang dari arah atas Puncak Pass, Cianjur, Minggu, pukul 15.00 WIB. Biasanya, ia hanya butuh waktu 5 jam untuk sampai ke Jakarta. Tetapi kali ini, waktu tempuh malah lebih lama. Hal itu disebabkan karena terjadinya antrean kendaraan yang menumpuk di ruas Jalan Raya Puncak”.

Berita ini saya kutip dari salah satu media daring yang cukup bergengsi di tanah air saat memberitakan kemacetan di kawasan Puncak Bogor pada setiap hari libur panjang. Bunyi berita yang menyebutkan kendaraan yang ‘menumpuk’, tidak saja kerap kita baca di media daring, tetapi yang paling sering saya dengar adalah di media TV nasional. Saya kadang-kadang geleng-geleng kepala mendengar presenter media TV itu menyebut “kendaraan menumpuk” sepanjang beberapa kilometer di areal tol. Inilah penggunaan bahasa yang tidak berdasarkan logika. Bagaimana mungkin kendaraan bisa menumpuk atau bertumpuk?

Kata /menumpuk/ (1) berasal dari kata /tumpuk/. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring disebutkan, tumpuk n (noun, kata benda) /longgok/ (timbunan sesuatu) yang tidak berapa banyak, susunan barang yang bertumpang tindih. Misalnya,”lima tumpuk uang”. Bentukan kata /tumpuk/ adalah (2) /menumpuk/. Kata turunan: bertumpuk-tumpuk; menumpuk; menumpukkan; penumpukan; setumpuk; tertumpuk; tumpukan. (3) Sebutan untuk klan dalam masyarakat suku Alas (berasal dari Kabupaten Aceh Tenggara).
Lema /longgok/ mungkin kurang akrab di pendengaran atau mata kita. Kata /longgok/ (himpunan) barang, seperti buah, padi, sampah, onggok. Kata turunan: berlonggok, berlonggok-longgok; longgokan, melonggokkan, tertolonggok.

BACA JUGA:  Program Informasi dengan Pendekatan ATM

Jadi jika membaca berita dan mendengar berita TV yang menyebut kendaraan /menumpuk/ atau terjadi /penumpukan/ kendaraan, jelas secara logika tidak berterima. Tidak mungkin kendaraan yang macet itu dalam posisi tertimbun dan bertumpah tindih. Kata kendaraan /menumpuk/ membawa nalar kita akan memaknai kendaraan tersebut saling bertumpang tindih satu sama lain. Padahal kenyataannya, kendaraan tersebut berjejer dari depan ke belakang, antre. Lema /antre/ biasanya ditujukan kepada pemandangan orang yang berjejer ke belakang menunggu giliran untuk mendapatkan giliran (membeli karcis, mengambil jatah makan, membeli bahan bakar, dan sebagainya).
Lalu terhadap kendaraan yang macet, bisa saja disebut /antre/ jika kemacetan tersebut berawal dari pintu tol. Artinya, banyak kendaraan berjejer ratusan meter, bahkan berkilo-kilometer antrean menunggu melintasi pintu tol. Bukan kendaraan /menumpuk/ atau /bertumpuk/.