Sejak itu, setiap ada acara, Prof. Dr.dr. Idrus sering mengundang dan saya selalu dekat dengan beliau. Biasa saya bertanya dengan kalimat yang terasa klise, tetapi membuat saya menjadi sangat dekat dengan beliau.
“Bagaimana, Prof?’’.
Setelah itu saya pun kadang-kadang menyelipkan pertanyaan atau kesan-kesannya mengenai pengembangan perguruan tinggi. Prof. Amiruddin menegaskan, kalau mengelola perguruan tinggi itu jangan pikir yang sekarang. Pikirkan yang ke depannya. Universitas Hasanuddin ini, kata beliau, makin baik. Ketika masih menjabat wakil rektor, saya sering bertanya mengenai soal rencana pengembangan kampus.
Akhirnya, karena sudah mulai akrab, saya sering ke rumah Prof. Amiruddin di Baruga Antang. Terutama setelah saya memutuskan menjadi calon rektor. Saya minta pandangan Prof. Amiruddin dulu. Saya sengaja buat janji dengan putri-putri beliau bahwa saya mau bertemu. Terus akhirnya, saya diarahkan ke Baruga Antang, kediamannya bersama Ibu Rosani yang dinikahi 13 Agustus 1997.
Saat berkunjung itu, saya memang beberapa saat menunggu.
“Prof, saya minta arahan dulu, karena di Unhas ini akan terjadi pergantian pimpinan Unhas dari Prof.Idrus. Saya belum memutuskan, tetapi bagaimana pandangan Prof. Amir kalau saya juga akan maju. Sebab, banyak isu miring, perempuan itu tidak layak memimpin,’’ kata saya begitu duduk dengan Prof. Amiruddin, sementara Ibu Rosani juga ikut bareng dengan kami .
Oh.. ternyata Prof. Amir langsung merespons cepat.
“Itu..siapa pun berhak memimpin Unhas kalau dia punya kemampuan leadership. Dan, dia punya visi. Masalah laki perempuan, itu bukan persoalan,’’ Pak Amir menegaskan..
Setelah mendengar respons tersebut, saya sangat salut dan tidak menduga akan seperti itu pernyataan beliau.
“Tapi, Prof, lambang Unhas kan ayam jantan, bagaimana?,” saya yang masih sedikit penasaran bertanya lagi.
“Lambang itu hanya sekadar simbol, yang penting lambang itu harus diisi. Siapa yang mengisinya? Itu tidak dari jenis kelamin!,” ujar Prof. Amir sampai Ibu Rosani yang ikut nimbrung ikut mendengarnya.
Saya benar-benar memperoleh pandangan yang menyelipkan motivasi yang sangat luar biasa. Terus terang, ini pertama kali saya mendengar bahwa untuk mengisi posisi pimpinan, apalagi lambang (yang ayam jantan) tidak ditentukan oleh aspek gender.
Dari pernyataan Prof. Amir tersebut, saya jadi semangat. Padahal, kalau kita pikir Prof. Amir dengan masa lalunya dan di saat ini, prinsip egaliternya soal hak itu luar biasa.
“Jadi, Prof. Kalau menurut Prof jika saya mendapat dukungan, tetap akan maju (jadi calon rektor)?,” tanya saya yang tetap penasaran.
“Iya.. siapa pun, yang penting dia punya visi. Dia mau bawa ke mana Unhas ini,’’ jawab Prof. Amir.