Nah, inilah yang terus diperjuangkan tim dokter agar bisa diperbaiki. Ternyata, sudah maksimal dilakukan. Dan, tanggal 20 Maret 2014, Prof.Idrus ke Jakarta, karena ada keluarga juga meninggal, yakni Andi Bau Kuneng pagi hari 20 Maret. Jadi setelah wisuda Pascasarjana pada sore, Rektor Unhas meninggalkan Makassar..
Pada tanggal 20 Maret sore, ada laporan masuk keadaan Prof. Amir kurang baik. Prof.Idrus pun berbicara dengan dr.Syafri, dokter yang merawat, ada perbaikan setelah itu. Malam ditelepon lagi bahwa keadaan kurang bagus. Keluarga minta agar semuanya dilepas. Idrus berbicara dengan dr.Syafri, memang jantung terlalu berat dan semakin lemah, sehingga pukul 23.08, tanggal 22 Maret 2014, Prof. Idrus menerima SMS yang mengabarkan Prof. Amir berpulang. Innalillahi wainna ilaihi rajiuun.
Pukul 04.00 WIB, Idrus langsung ke Bandara Soekarno Hatta dan terbang dengan Garuda pukul 06.00 dan tiba pada tanggal 23 Maret pagi.
Pertemuan terakhir Prof. Idrus dengan Prof. Amir, 2 Maret 2014 malam, saat menghadiri pernikahan dr.Sultan Hasanuddin, putra Prof.Idrus di Hotel Clarion Makassar. Bahkan sempat foto bersama dengan anak-anaknya.
Ada satu kenangan yang tidak terlupakan Prof. Idrus adalah ketika Prince Hasan dari Yordania akan diberikan Dr.Honoris Causa oleh Universitas Hasanuddin.
Berhubung situasi di Timur Tengah kurang baik karena krisis Suriah dan sebagainya dan tidak dapat ke Indonesia, beliau membacakan pidato pengukuhannya melalu teleconference. Untuk pemberian rombongan Unhas berinisiatif ke Yordan memberikan ijazah penghargaan tersebut. Idrus pikir, Yordan ini sudah dekat dengan Masjidil Aqsa, apalagi Duta Besar Indonesia kita kenal baik, direncanakan memang setelah penyerahan penghargaan Dr.HC kepada Prince Hasan, rombongan akan ke Masjidil Aqsa.
Idrus pikir, pada waktu itu merupakan tahun-tahun terakhir masa tugasnya di Universitas Hasanuddin, melihat mantan Rektor Unhas yang masih sehat adalah Prof.Amir, Prof.Basri Hasanuddin, dan Prof.Radi A.Gany, akhir diajak. Masing-masing membawa istri.
Suatu subuh, rombongan melaksanakan salat subuh di Masjid Aqsa.
Pasca salat, Pak Amir, Pak Basri, dan Pak Radi berpelukan. Ketiganya tidak tahan mencucurkan airmata. Mereka bersyukur, karena di dalam usia yang kian lanjut masih bisa bersama-sama di tempat yang sangat bersejarah dalam sejarah Islam.
Ketiganya memang pertama kali mengunjungi Masjid Aqsa, sementara Idrus sendiri sudah ketiga atau keempat kali. Itulah sebabnya, Idrus tahu persis bagaimana cara masuk ke masjid bersejarah tersebut.