NusantaraInsight, Makassar — Itu yang pertama ingin Pak Amiruddin kembangkan bagi setiap warga kampus. Dengan munculnya identitas itu, maka yang lain ikut berkembang pesat. Misalnya, kalau dikirim belajar ke luar negeri, maka siapa pun orangnya, seolah-olah mereka itu ‘malu pulang’ kalau tidak berhasil karena beridentitas Unhas.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Pak Amiruddin sebagai rektor telah meletakkan landasan yang baik, yakni identitas sebagai ‘orang Unhas’.
Ketika itu, telah dicapai dua kemajuan besar. Pertama: adanya rasa memiliki Unhas. Kedua: tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, meskipun baru bisa dilaksanakan pada masa jadi rektor. Waktu itu, saya mewarisi staf yang demikian banyaknya dengan gelar akademik yang cukup tinggi. Lagipula telah dijejaki peluang untuk berdirinya pascasarjana. Kesemuanya merupakan bekal yang sangat baik bagi saya dalam melanjutkan pekerjaan Pak Amiruddin dan A.Hasan Walinono (mantan rektor setelah Amiruddin).
Bersamaan pula saat itu diarahkan Unhas untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya sebagai aset nasional. Dengan begitu, siapa pun yang memimpin Unhas tidak akan ada perubahan arah, meskipun mungkin strateginya berbeda-beda. Memang strategi itu terpulang pada gaya kepemimpinan masing-masing.
Tentang kekuatan Pak Amiruddin, ada satu yang pasti: kokoh pada pendirian. Buktinya, dapat dilihat ketika perubahan struktur organisasi dicanangkan, Fakultas Hukum tidak mau ikut. Namun, dia tetap pada pendirian.
“Kalau tidak mau ikut, silakan,” katanya.
Dia memang sudah menggambarkan apa yang bakal terjadi di kemudian hari kalau tidak ikut.
Artinya, kalau barangkali mesti ada kompromi, tidak ada jalan ke arah itu. Karena dia melihat, itu satu-satunya jalan terbaik. Karena sudah diputuskan Senat Universitas, maka mesti dijalankan. Memang kelihatan, setelah itu, ada setback sedikit pada Fakultas Hukum.
Jadi, dia sangat kokoh pada pendirian. Hal demikian itu, dapat menjadi suatu kekuatan di satu pihak dan dapat merupakan kelemahan pada sisi lain.
Membagi Rezeki
Kekuatan Pak Amiruddin yang lain adalah bahwa dia sangat memperhatikan stafnya. Kalau ada staf pergi belajar, segala macam upaya dilakukannya agar staf tersebut berhasil.
Menyangkut kesejahteraan staf, dia banyak memperhatikan. Contohnya, dibangunnya perumahan dosen di Kampus Baraya, Tamalanrea, dan Perumahan Pegawai Antang — Biring Romang.
Gagasan itu banyak yang ditentang orang. Dianggap tidak akan berhasil., Tetapi nyatanya konsep itu membawa Unhas memupuk satu modal, saat orang universitas dapat memiliki perumahan.