Asdar Muis RMS, Kudengar Teriakanmu

Kini, potongan kisah-kisah penuh sejarah itu tinggal kenangan. Ketika saya mengenang penggalan momen-momen terbaik itu, berarti saya mengenang kebaikan kakanda Asdar Muis RMS. Bicaranya boleh lantang dan berterus-terang. Namun, di balik itu dia memberi penerang dan teladan bagaimana menjadi seniman.

Asdar Muis RMS (1964-2014) adalah contoh seniman dan budayawan yang menyatukan gagasannya dalam tarikan nafas hidupnya hingga akhir hayat. Biarpun secara fisik dirinya telah berpulang dalam kasih sayang Tuhan, tapi pemikiran-pemikirannya tak lekang dari ingatan.

Masih terngiang teriakan-teriakannya, sebagai pengingat agar kita tak dilindas oleh zaman edan. Kita masih bisa melacak kehadirannya lewat buku, lewat komentar-komentarnya di dunia maya, lewat rekaman digital di radio siaran, lewat energi inspirasi yang ditularkannya melalui tulisan-tulisannya, dan komitmennya bagi perkembangan kesenian di Sulawesi Selatan, di Indonesia.(*)

Makassar, 20 November 2014

*Dimuat dalam buku “Obituary Asdar Muis RMS: Menunda Kekalahan dengan Karya, Teman, dan Makan”, editor: Shaifuddin Bahrum dan Andi Ahmad Saransi, Penerbit Baruga Nusantara, 2015

BACA JUGA:  Membangun KKSS dengan Semangat Sirui Menre Tessirui No