Beliau dengan suara pelan berkata, “Saya tahu maksud adik. Sekali datang, bisa dua urusan selesai. Biarlah tentang semangat nasionalisme ditanyakan pada yang lain.”
Memang seperti itulah, tujuan saya. Mendapat wawancara dengan tokoh, sekaligus saya bisa punya stok materi untuk tema yang lain. Maklum, saya berburu narasumber, bermodalkan naik-turun angkot. Biar hemat, saya harus pintar-pintar menawarkan wawancara dengan tokoh yang saya temui. Namun, saya pahami pula bahwa beliau orang yang rendah hati. Kalau mengingat kembali kejadian itu, saya senyum sendiri.
Andi Mattalatta lahir di Barru, 1 September 1920, merupakan anak Raja Barru ke-17 Pawiseng Daeng Ngerang Arung Mangempang. Ayah dari penyanyi Andi Meriem Mattalatta yang di masa muda dipanggil dengan nama Herman ini, bersekolah di lembaga pendidikan Belanda. Meski seorang bangsawan, tapi rendah hati dan sangat merakyat. Saya senang mewawancarainya karena beliau pencerita yang kaya pengalaman. Kita yang mendengarnya tidak bosan lantaran banyak informasi yang dibagikan.
Ketika saya membaca bukunya “Meniti Siri’ dan Harga Diri, Catatan dan Kenangan” (Cetakan II, 2014), saya langsung teringat pada beliau. Buku setebal lebih 600 halaman itu menunjukkan bahwa beliau tampaknya punya ingatan fotografis yang baik. Ada banyak keping-keping puzle sejarah dan budaya Sulawesi Selatan di ungkap dalam bukunya.
Membaca bagaimana beliau mendidik dan memotivasi anak-anaknya menekuni olahraga ski air hingga juara, menandakan beliau seorang family man. Beliau merupakan salah seorang pendiri POPSA, dan panitia penyelenggara PON IV Makassar, tahun 1957. Ini merupakan PON pertama di luar pulau Jawa.
Ada beberapa tanggal penting yang berkaitan dengan perjalanan hidup Andi Mattalatta. Pada 24 Maret 1957, Wakil KSAD Kol TNI Gatot Subroto, dan Kol TNI Ahmad Yani, tiba di Makassar untuk mempersiapkan pelaksanaan Keputusan Presiden dan Menteri Pertahanan. Tujuannya, antara lain untuk reorganisasi Angkatan Darat dan pembentukan empat Komando Daerah Militer (Kodam).
Pada tanggal 1 Juni 1957, bertempat di Lapangan Karebosi, Makassar, KSAD Mayjen TNI AH Nasution, melantik Andi Mattalatta sebagai Panglima Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Kodam pertama di Indonesia ini, punya tugas utama memulihkan keamanan di wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara. Pendekatan yang dilakukan beliau sebagai Panglima Kodam, yakni melalui Uitholling System. Beliau mengubah pandangan dan minat anak muda yang cenderung suka “berpakaian hijau” atau bahasa kerennya look army. Melalui pendekatan psikologis dan pedagogis, beliau menyalurkan bakat anak-anak muda pada kegiatan olahraga, dan akhirnya berhasil.