KM Leuser benar-benar meninggal Pelabuhan Makassar pada pukul 16.00 Wita. Delapan belas jam berikutnya (pukul 10.00 Wita 19 Oktober 2024) akan merapat di Labuan Bajo. Setelah transit 1-2 jam, kapal melanjutkan pelayaran ke Pelabuhan Bima yang biasa ditempuh selama 7-8 jam. Jadi kapal merapat di Pelabuhan Bima pada pukul 20.00 atau 21.00 Sabtu malam. Ternyata lama waktu 18 jam tidak terpenuhi, Ditambah lagi satu jam, hingga jarak Makassar-Labuan Bajo yang biasanya ditempuh kapal Pelni 18 jam, molor satu jam.
Ketika akan mengangkat barang-barang bawaan dari tempat pengambilan tiket dan menjangkau jarak sekitar 100m di bagian atas jembatan yang menghubungkan Gedung tempat calon penumpang kuitansi pembelian tiket dengan tiket asli, tiba-tiba seorang anak muda menegur dan menyebut ‘Aji’. Rupanya, dia sepupu dua kali anak saya, Ibunya, sepupu sekali saya. Dia salah seorang anaknya. Neneknya, Fatmah, kakak ayah saya. Paman anak muda itu, Muhammad Natsir yang juga sepupu sekali saya, duduk di kelas yang sama dengan saya ketika di sekolah dasar. Setiap dia ke kampung saya, Kanca, mendampingi kedua orang tuanya menziarahi kekek-nenek kami, Muhammad Natsir selalu “diadu” dengan saya. Diadu bukan disuruh berkelahi, melainkan berkaitan dengan cerdas cermat. Biasanya, soal yang ditanyakan itu mengenai berhitung dan ilmu pengetahuan umum. Saya sudah lupa siapa yang jago.
Ponakan itu rupanya bekerja di Pulau Kei, Tual. Saya pun memberi tahu, Oktober 2023 saya dengan Dr.Hamdan Zoelva, S.H.,M.H. pernah ke Tual untuk melantik Pimpinan Cabang Syarikat Islam (SI) di Kota Tual.
“Kami menginap dua malam di sana,” kata saya.
Dia pun menjelaskan, memperoleh informasi itu terlambat dari salah seorang tokoh Syarikat Islam di Tual tentang kedatangan kami waktu itu yang juga disertai oleh penyanyi religi Soesilawaty dan suaminya Bang Jun. Dia mengetahui kehadiran kami setelah meninggalkan Tual.
Dari dialah saya mengetahui tentang situasi kapal. Fasilitas kapal ini sudah sangat berkurang. Di dek 3, pendingin ruangannya tidak berfungsi. Suasananya panas.
“Tapi saya dapat di dek 4,” kata saya.
“Sama juga, Om Aji,” katanya lagi.
“Untung saya selalu membawa kipas angin khusus,” saya pun menjelaskan.
Setelah tiba di atas kapal, benar juga yang disebutkan ponakan itu.
Rombongan saya memperoleh tempat di bagian anjungan kapal. Pasti goyang karena merupakan bagian kapal yang lebih awal melabrak gelombang, jika ada angin kencang yang diikuti oleh rentetan ombak.
Saya pun memeriksa rongga yang biasa mengeluarkan angin dingin di plafon kapal. Tidak berfungsi.


br






br






