NusantaraInsight, Makassar — AB Iwan Azis punya pengalaman dan kenangan yang baik tentang perfilman di Makassar. Beliau bahkan punya beberapa peran terkait perfilman: sebagai pelaku (baca: aktor), sebagai organisator (pengurus PARFI Makassar), sebagai pengusaha (Sekretaris GPBSI), dan sebagai aktivis (pengurus Kine Klub)
Menurutnya, sistem sekarang membuat para pekerja film di daerah seperti dibonsai. Tidak seperti dahulu lagi film-film produksi Makassar. Kita kehilangan jati diri, tidak punya karakter kuat sebagai film dengan tema dan budaya lokal. Karena, katanya, film diproduksi sekadar mengejar sisi komersial saja. Film dibiayai, di mana keuntungan terbesar ada pada pemodal.
Iwan Azis menyampaikan hal itu dalam suatu pertemuan di Warkop Azzahrah. Seperti biasa, obrolan kami yang hangat terjadi, bila topiknya membahas perfilman. Maklum, beliau punya banyak pengalaman soal ini.
Pernah, misalnya, ada kegiatan safari PARFI, di mana sekretariatnya di Jalan Langgau. Makassar, dalam ingatan Iwan Azis, pernah jadi tuan rumah Festifal Film Indonesia (FFI). Di tahun 1978, FFI digelar di Ujung Pandang, yang merupakan FFI ke-9. Era itu, kota ini dipimpin oleh HM Daeng Patompo, sebagai Walikota Ujungpandang.
Film Terbaik pada FFI, kala itu, adalah “Jakarta Jakarta”, yang sutradaranya, Ami Prijono, juga ditetapkan sebagai Sutradara Terbaik. Pemeran Utama Pria Terbaik adalah Kaharuddin Syah lewat film “Letnan Harahap”, sementara Pemeran Utama Wanita Terbaik, adalah Joice Erna, yang bermain dalam film “Suci Sang Primadona”,
“Pernah ada kejadian, Pak Patompo berteriak ke saya. Kasi turun (orang) itu. Lalu ditarik orang itu supaya turun. Saya bilang, bintang film itu, Pak Wali. Na bilang Patompo, tania… tania,” kisah Iwan Azis sambil tersenyum.
Diakui wajah orang itu memang agak ndeso. Jadi mungkin dikira orang biasa, bukan artis. Namun, Iwan Azis bisa memaklumi Patompo, ketika itu, yang suka berbicara dengan mencampur bahasa Bugis. Meski berasal dari Mandar, tapi Patompo disebut pintar berbahasa Bugis.
“Aja nupakasiri Jumpangdang. Jangan bikin malu Makassar,” kisah Iwan Azis menirukan pesan walikota legendaris tersebut.
Sejumlah aktor dan aktris ternama datang, kala itu, seperti Roy Marten, Cok Simbara, dan Yati Octavia. El Manik juga hadir di Makassar, kala itu.
Pernah pula, lanjut Iwan Azis, festival film khusus diselenggarakan di Makassar. Festival film ini diketuai oleh Rahman Arge. Iwan Azis, dalam bahasanya, menyebut beliau kebagian mengatur acara dalam hal-hal diperintahkan oleh panitia inti, termasuk pemutaran film.