AB Iwan Azis Mewakafkan Diri Sebagai Pengurus Masjid

Oleh: Rusdin Tompo ((Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan)

NusantaraInsight, Makassar — Ahad sore, 5 Januari 2025, merupakan pertemuan pertama saya dengan AB Iwan Azis di tahun 2025. Pada pengujung 2024 hingga pekan pertama tahun ini, dia punya banyak kesibukan: ikut pertemuan pra Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), gotong-royong membantu warga korban banjir, dan menghadiri pertemuan yang dihadiri para lurah se-Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar.

Usianya yang sudah mencapai 78 tahun, sama sekali tak mengurangi aktivitas sosialnya. Bahkan, sehari sebelum kami bertemu di Warkop Azzahrah Jalan Abdullah Daeng Sirua, dia mengadakan pertemuan dengan pengurus Masjid Taqwa. Selain sebagai Ketua RW di Kelurahan Karampuang, Iwan Azis juga merupakan pengurus masjid.

Pertemuan diadakan di Warkop Phoenam, Boulevard, dengan Pjs Ketua Yayasan Masjid Taqwa, Anwar Paraga, dan anggota Dewan Pembina Yayasan Masjid Taqwa, Prof M Arfin Hamid. Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) ini juga sahabat saya, sesama angkatan ’87 Fakultas Hukum Unhas.

“Saya sering berkomunikasi dengan Prof Arfin. Kami berdiskusi seputar pengembangan program Yayasan Masjid Taqwa. Beliau bisa menangkap alam pikiran saya. Beliau paham sukma dari pemikiran saya,” papar Iwan Azis.

BACA JUGA:  Dari Makassar Bersama KM Lambelu, 47 Jam Mengarungi Lautan Menuju Kota Terkaya Ke-17 Indonesia

Masjid Taqwa ini berada di Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, Kelurahan Malimongan, Kecamatan Wajo, Kota Makassar. Taqwa ini tak hanya bermakna kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya

Namun, taqwa dalam konteks Masjid Taqwa merupakan akronim yang diambil dari bahasa Bugis, yakni tau metauna Kampung Wajo artinya orang yang disegani di Kampung Wajo.

Masjid ini punya ikatan historis dengan Iwan Azis. Menurut ceritanya, desain awal masjid yang dibangun tahun 1960an itu digambar oleh ayahnya, H Abdul Azis Akib. Saat itu, Iwan Azis masih remaja, mungkin masih duduk di bangku SMP.

Ayahnya, boleh dikata, merupakan salah seorang motor penggerak pembangunan masjid yang dulu bernama Masjid Kampung Wajo itu. Orangtuanya mempelopori pembangunan masjid bersama tokoh masyarakat setempat, kala itu. Mulai dari peletakkan batu pertama hingga rampung.

Masjidnya sekarang lebih moderen dan mentereng. Hubungan sejarah dengan Masjid Taqwa itu yang membuat dia menjadi pembina di sana.

Yayasan Masjid Taqwa tak cuma mengurus masjid tapi juga mengelola pesantren MDIA (Ma`had Dirasatil Islamiyah wal Arabiyah). Pesantren perkotaan ini didirikan oleh Anregurutta (AGH) Muhammad Nur, ulama kharismatik, yang dikenal sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Sulawesi Selatan.