Fisikawan kuantum dan filsuf kesadaran berpendapat bahwa realitas adalah spiritual karena kesadaran menjadi fondasi alam semesta.
Eksperimen kuantum seperti double-slit menunjukkan partikel berperilaku berbeda saat diamati. Ini menyiratkan kesadaran memengaruhi realitas.
Eugene Wigner, pemenang Nobel Fisika, berpendapat kesadaran pengamat menyebabkan kolaps fungsi gelombang, menjadikan kesadaran sebagai unsur mendasar eksistensi.
Pandangan ini mendekati idealisme metafisik, ketika realitas material hanyalah pantulan dari pikiran kosmis.
Buku Rekomendasi untuk pandangan ini: Symmetries and Reflections: Scientific Essays – Eugene Wigner.
Ini renungan dari raksasa ahli Fisika kuantum lain: Max Planck:
“Ilmu pengetahuan tidak dapat memecahkan misteri terakhir alam, karena pada akhirnya kita sendiri adalah bagian dari misteri yang kita coba pecahkan.” (2)
Fisika klasik, sejak Newton, menggambarkan dunia sebagai mesin besar yang bergerak sesuai hukum deterministik.
Namun, fisika kuantum membuka pintu menuju dunia yang lebih misterius. Ini dunia di mana kesadaran tampaknya berperan dalam membentuk kenyataan.
Pada level subatomik, partikel menunjukkan perilaku gelombang dan partikel secara bersamaan hingga diamati. Dalam eksperimen double-slit, elektron bergerak seperti gelombang hingga diamati, kemudian berubah menjadi partikel yang terlokalisasi.
Fenomena ini dikenal sebagai kolaps fungsi gelombang, dan inti perdebatan ini membawa fisikawan ke kesimpulan mengejutkan: kesadaran pengamat berperan dalam membentuk realitas.
Eugene Wigner, pemenang Nobel Fisika, dalam bukunya Symmetries and Reflections, menyatakan bahwa kesadaran adalah elemen penting dalam proses kuantum.
Baginya, realitas hanya mengambil bentuk definitif ketika disadari oleh pengamat yang sadar. Pandangannya menggugah refleksi bahwa realitas fisik berakar pada kesadaran—sebuah entitas spiritual yang melampaui materi.
Namun, dalam laboratorium yang sama, para ilmuwan masih berdebat:
Apakah kesadaran memang pencipta realitas,
ataukah ia sekadar penonton dalam teater kuantum yang absurd?
Fisikawan Bohr mengingatkan: “Jangan terburu memeluk mistisisme, alam semesta mungkin hanya bermain teka-teki dengan logika kita.”
Di sini, sains dan spiritualitas berbisik dalam bahasa yang sama: bahwa realitas adalah misteri yang tak sepenuhnya terjangkau, dan kerendahan hati adalah jembatan menuju kebijaksanaan.
-000-
“Wahyu turun dari langit, tetapi ia berakar di bumi.”
Agama, meskipun berasal dari wahyu ilahi yang transenden, tak terhindarkan menjadi bagian dari kultur saat memasuki sejarah manusia.