10 Pesan Spiritual yang Universal dari “Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama” (1) 

Spiritual
10 Pesan Spiritual yang Universal dari “Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama

PESAN UNIVERSAL PERTAMA: REALITAS ITU BERSIFAT SPIRITUAL

Oleh Denny JA

NusantaraInsight, Jakarta — Di ujung jalan Gurun Andalusia, sebuah pertemuan mengubah sejarah. Matahari Andalusia membakar gurun pasirnya di tahun 1219.

Seorang pemuda Italia, Francis dari Assisi, melangkah dalam diam menuju wilayah musuh. Ia bukan prajurit, melainkan seorang biarawan Katolik yang membawa keberanian jenis lain.

Mengalahkan rasa takutnya, ia membawa serta cinta tanpa syarat dan keyakinan bahwa Tuhan tak mengenal batas agama. Tujuannya jelas: menemui Sultan Malik al-Kamil, penguasa Mesir, di tengah Perang Salib. (1)

Ia menjumpai penguasa yang sedang berperang puluhan tahun dengan komunitasnya. Dunia saat itu tenggelam dalam darah dan kebencian.

Namun Francis membawa bahasa yang lain: dialog, doa, dan kedamaian. Di luar dugaan, Sultan juga menyambutnya, bukan sebagai musuh, tapi sebagai tamu agung.

Mereka berbicara berhari-hari, tidak tentang kemenangan atau kekuasaan, melainkan tentang Tuhan, kemanusiaan, dan jiwa manusia.

Ketika Francis kembali ke Eropa, ia tidak membawa kemenangan militer. Ia membawa kesadaran spiritual universal. Bahwa di balik dogma, yang bisa memicu perang puluhan tahun, ada cahaya yang sama yang menerangi semua jalan.

BACA JUGA:  Asdar Muis RMS, Kudengar Teriakanmu

-000-

Dari kisah Francis, kita melangkah menuju inti dari semua agama besar: kesadaran akan kesatuan.

Seperti benang halus yang merajut keberagaman, Tauhid, Dharma, dan Logos hadir sebagai cara manusia menyebut hukum kosmis yang mengatur semesta.

Dalam Islam, Tauhid adalah pengakuan mutlak atas keesaan Tuhan. “Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa.” (QS. Al-Ikhlas: 1).

Dalam Yahudi dan Kristen, monoteisme tertulis dalam seruan Shema: “Tuhan itu Esa.” (Ulangan 6:4)

Dalam Hindu, Brahman melampaui semua bentuk, menjadi satu realitas tertinggi di balik semua wujud. “Semua jalan menuju kepada-Ku.” (Bhagavad Gita 4:11).

Buddha memperkenalkan Dharma, hukum semesta yang mengatur keteraturan hidup. “Dharma adalah hukum universal yang melampaui segalanya.” (Dhammapada 183).

Khonghucu mengenal Tian, langit yang mengatur segalanya dalam diam.

Stoisisme mempercayai Logos, akal ilahi yang menjadi blueprint semesta. “Hidup sesuai dengan alam adalah hidup sesuai dengan kehendak Logos.” (Marcus Aurelius, Meditations 4.3)

Aneka agama besar dan filsafat Stoisisme mengirimkan pesan yang sama: manusia itu makhluk spiritual. Alam semesta dipenuhi energi spiritual. Ada yang tak sepenuhnya terjangkau tuntas dan habis oleh inderawi manusia, yang disebut spiritual itu.

BACA JUGA:  Mantan Dirut BRI Temu Kangen: (5-Habis) Wawancara Sambil Bermain Golf dengan Wapres

-000-