News  

Sitobo Lalang Lipa

Sitobo lalang lipa
Sitobo lalang lipa https://osc.medcom.id/community/tradisi-34-sigajang-laleng-lipa-34-3880

Namun, adat Bugis mengajarkan: “Lebbi mappoji-poji ri lalang lipa, makessing maneng ri lino.” (Lebih baik berdarah dalam lipa, daripada hidup tanpa kehormatan di dunia.) Iran tampaknya memegang prinsip ini. Di tengah embargo, tekanan ekonomi, dan isolasi diplomatik, Iran memilih bertarung walau tahu wasitnya condong ke lawan.

Bagi mereka, diam bukan pilihan, apalagi ketika rakyat Palestina terus dibantai. Iran menganggap masuk ke arena dengan alasan yang lebih luas lagi sebagai bentuk pembelaan harga diri umat. Sementara Israel mengklaim ini pertahanan atas eksistensi negaranya yang selalu merasa terkepung dan terancam lalu mencurigai Iran mengembangkan Bom Nuklir.

Tapi jika ini adalah Sitobo Lalang Lipa, maka konsekuensinya sangat tinggi: hanya satu yang keluar hidup-hidup, atau keduanya mati berdarah. Dunia, dalam ketakutannya akan perang besar, mulai gelisah. Mereka ingin perang ini dihentikan. Tapi seperti dalam adat Bugis: jika duel sudah dimulai, tak bisa dihentikan hanya karena teriakan penonton.

Amerika, sang wasit yang sesungguhnya bukan wasit, kini terlihat ragu. Israel mulai babak belur . Jika Iran terus membalas dan medan perang melebar, Amerika pun bisa terseret. Ia mulai memainkan diplomasi baru, menawarkan jalur damai penuh sandiwara, tapi tetap memegang tangan Israel erat-erat. Seolah berkata: “Aku adil, tapi ini sahabatku.”. Amerika lupa dia sebagai wasit, dalam sengitnya pertarungan Iran Israel selama 12 hari, tak sabar menampar Iran dengan menyerang 3 situs Nuklir, dengan alasan yang sama pertama kali Israel menyerang Iran.

BACA JUGA:  Kolaborasi Masyarakat dan Telkomsel Indihome dalam Program "Ketua RT Bercerita"

Sementara itu, rakyat-rakyat sipil di Iran, Israel, Amerika dan terutama Palestina, menjadi penonton yang paling menderita. Sejujurnya mereka tidak ingin perang terjadi yang membuat mereka menderita. Dalam tradisi Bugis, keluarga dua pendekar akan menangis di luar sarung, tahu bahwa satu dari mereka akan pulang tinggal nama. Sementara di Palestina, anak-anak Gaza semakin menderita, warga sipil di Tel Aviv dan di Teheran—semuanya menjadi korban dari duel kehormatan yang tidak mereka pilih. Warga Amerika protes keras ke presidennya yang ikut campur perang ini, akibat terprovokasi oleh Israel sehingga tidak lagi meminta persetujuan senat untuk menyerang Iran. Sama sekali sudah lupa posisinya sebagai wasit. Lucunya wasit tiba-tiba mengumumkan pertikaian dihentikan (gencatan senjata) setelah membom 3 situs Nuklir Iran dan Iran mulai membela diri dengan Mengirim rudal ke pangkalan Militer Amerika yang berada di Qatar. Mungkin wasit tidak tega melihat Israel babak belur dirudal, dan juga kuatir serangan balasan Iran sebagai besar ke pangkalan militernya, maka tiba-tiba menghentikan pertandingan dan menyatakan gencatan senjata.