Pembicara penutup adalah, Wardi Taufik. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) itu mengharapkan tugas seorang hamba tuhan adalah memperkaya khasanah budaya, kemudian mendorong kreativitas meningkatkan toleransi dan saling pengertian, serta memperkuat persatuan.
Berbicara tentang keragaman, jelas Wardi Taufik, didalamnya berhadapan dengan sejumlah tantangan, yaitu, intoleransi, eksklusufisme, dan ada polarisasi sosial. Karena itu organisasi keagamaan bukan sekadar tampil sebagai partisipan, melainan aktor yang harus mengedepankan toleransi didalam hubungan antar sesama.
Pada akhirnya, Wardi melihat, dialog lintas agama tidak semata aktivitas, tetapi sebuah filosofi hidup yang mendalam. Malah, menjadi fondasi bagi peradaban yang menghargai setiap individu, setiap keyakinan, sebagai bagian tak terpisahkan dari permata kehidupan yang plural.
Dialog keagamaan mengingatkan, keberagaman bukanlah kutukan yang memecah belah, melainkan anugerah yang memperkaya, sebuah orkestra begitu mulia.
Di mana, setiap instrumen memainkan melodi uniknya, namun bersama-sama menciptakan simfoni perdamaian yang indah dan abadi.
“Ayo, mari kita bersama sama anak bangsa, kita buka hati, kita rentangkan tangan, dan biarkan dialog menjadi melodi yang menyatukan keberagaman kita,” tutupnya.
Terpisah, Sekretaris ISNU Provinsi Sulawesi Selatan, Dr.Mulyadi yang dikonfirmasi usai dialog di lantai II hotel mewah di Jalan AP Pettarani tersebut mengemukakan, para pemateri telah membedah toleransi beragama begitu gamblang.
Tujuannya, Indonesia yang satu, Indonesia yang damai, dan Indonesia yang aman dan sejahtera di mulai dari Kota Makassar.
Di bagian lain, Mulyadi mengakui, pilar spritual yang menopang kekuatan Indonesia, bukan sekadar negara kepulauan terbesar di dunia, melainkan sebuah keajaiban sosiologi.
Sebuah bangsa yang tersebar dari Sabang hingga Marauke, yang dihuni ratusan suku, bahasa, dan yang paling fundamental adalah penganut keyakinan yang berbeda yang hidup berdampingan secara damai.
Di tengah kompleksitas Indonesia yang luar biasa itulah, muncul pertanyaan kritis, mangapa bangsa ini yang secara teori memiliki potensi konflik internal yang masif, tetapi mampu bertahan dan tumbuh kuat hingga kini? Bahkan ketika banyak negara di dunia majemuk terpecah belah?
Dekan FKIP Universitas Islam Makasar (UIM) ini kemudian menjawabnya sendiri bahwa, Indonesia memiliki pondasi spiritual dan sosial yang tak tergoyahkan. Apa itu? Ya, kerukunan ummat beragama yang begitu kuat dan telah mengakar. (din pattisahusiwa)