“Kami ingin semua yang kami temui bisa dicatat. Sayang kalau spesies unik luput dari database hanya karena belum tersedia di aplikasi,” ujarnya.
Menanggapi hal ini, Fahmi mengarahkan agar petugas sementara memasukkan data tak dikenal ke dalam kategori “flora/fauna lainnya”, sembari tim admin melakukan pembaruan sistem. Ia pun berjanji akan segera menambahkan taksa yang sering muncul di lapangan ke dalam basis data.
Masukan lainnya datang dari keterbatasan alat dokumentasi. Beberapa anggota menyarankan agar tersedia kamera pada setiap resor. Mengingat kamera ponsel sering tidak memadai untuk memotret burung atau kupu-kupu yang sensitif.
Tak kalah menarik, Aisyah mengapresiasi inisiatif tim patroli Resor Bantimurung yang sudah mulai menggunakan drone untuk memantau lahan terbuka. Inovasi ini dinilai penting untuk memudahkan memantau perubahan tutupan lahan.
“Kita bukan hanya mencatat, tapi mulai harus membaca pola. Data Smart Patrol jangan berhenti di meja admin. Ia harus berbicara untuk kebijakan, untuk langkah nyata,” tutup Aisyah, menutup rapat dengan optimisme.
Penulis: Taufiq Ismail Al Pharepary – Staf Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung







br






