Kami berlangganan keempat koran itu. Ada staf yang kerjanya setiap hari membuat kliping dan melakukan tabulasi kasus-kasus anak yang diberitakan pada hari itu.
Misalnya, kalau beritanya terkait anak yang berkonflik dengan hukum (AKH), ada kolom untuk waktu dan tempat kejadian, kolom untuk gambaran ringkas apa yang terjadi, dan kolom untuk siapa saja yang dikutip sebagai narasumber.
Bagian siapa yang dominan dikutip ini, penting. Bukan saja soal keberimbangan berita (cover both side), tetapi juga mencermati siapa yang akan mempengaruhi wacana publik. Kalau polisi yang dominan dikutip oleh media maka sudut pandang polisi yang bakal dominan.
Lembaga kami, LISAN rutin mempublikasikan temuan-temuan data ini. Kami per tiga bulan merilis beritanya. Data-data hasil tabulasi dari program yang dikembangkan atas dukungan PLAN Indonesia ini, banyak digunakan orang dan lembaga untuk kepentingan penelitian.
LISAN yang saat itu beralamat di Jalan Monumen Emmy Saelan Lorong 2, bahkan dikunjungi staf dari Kementerian Hukum dan HAM untuk keperluan data. Termasuk dari kalangan mahasiswa untuk keperluan skripsi hingga disertasi.
Pada pengujung 2005, kami melakukan ekspose akhir tahun yang diadakan di Restoran Pualam, Pantai Losari. Tiga narasumber kami undang untuk membahas hasil monitoring yang dilakukan LISAN.
Ketiga pembicara itu, punya latar belakang berbeda. Tenri A Palallo, kala itu Humas Pemkot Makassar, Magbul Halim dari eLSIM (Lembaga Studi Informasi dan Media Massa), dan Aswar Hasan, pengamat media dan akademisi Unhas.
Sayangnya, saya tidak bisa membersamai narasumber pada hari itu, dan mendengarkan penjelasan mereka. Saya hanya datang memberikan sambutan selaku ketua lembaga, lalu pamit pulang. Pasalnya, kakak saya, Rustam Tompo, wafat.
Jadi, saat memberikan sambutan pun air mata saya tak henti menetes. Saya meminta maaf dan izin mesti pulang untuk mengurus jenazah kakak saya itu, yang rumahnya hanya beberapa meter dari rumah saya dan kantor LISAN.
Makassar, hari itu diguyur hujan lebat. Air menggenangi kota di banyak tempat. Ini momen yang saya tidak bisa lupakan. Karena saat bersamaan, kami tidak bisa mengambil rapor anak yang bersekolah di SD Negeri Sudirman III. Banjir dan kedukaan, menjadi alasannya.
Kisah lain dengan Pak Aswar Hasan terjadi pada tahun 2006. Kala itu, kami mengadakan Pelatihan Peliputan Isu-Isu Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus (Children in Need of Special Protection/CNSP), atas kerjasama dengan PLAN Indonesia.
Pelatihan ini menghadirkan Aswar Hasan sebagai Ketua KPID Sulawesi Selatan, Arist Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), dan Ibrahim Saleh, sebagai Kepala Dinas Sosial Kota Makassar.