NusantaraInsight, Jenewa — serangan udara Israel dalam satu tahun terakhir ini telah meluluhlantakkan rumah sakit, gedung-gedung, dan hunian warga sipil di Gaza Palestina. Serangan tersebut menghancurkan kehidupan mereka tanpa ampun.
Di atas reruntuhan, teriakan orang-orang yang kehilangan keluarga mereka menggema, menciptakan luka yang sulit terobati.
Dampaknya sangat memilukan. Sekitar 149.000 warga Palestina gugur atau terluka, termasuk banyak anak-anak dan perempuan. Lebih dari 10.000 orang masih hilang, sementara ribuan lainnya hidup di ambang kelaparan.
Anak-anak kecil, yang seharusnya bermain dan belajar, justru kehilangan masa depan mereka, terjerembab dalam kehancuran dan penderitaan.
Kelaparan kini menjadi pembunuh diam-diam di Gaza, menelan puluhan korban jiwa setiap hari, terutama di kalangan anak-anak dan orang tua.
Bahkan para perempuan dan anak-anak mengais makanan dari tumpukan sampah dan reruntuhan bangunan.
Dunia menyaksikan ancaman kelaparan yang mencekam di Gaza, namun langkah nyata untuk menghentikan penderitaan ini masih jauh dari harapan.
Hal ini diungkapkan Kepala Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) PBB di Wilayah Pendudukan Palestina, Ajith Songai, Jumat (29/11/2024) Jenewa, Swiss
Dengan suara yang bergetar penuh keprihatinan, Songai menggambarkan kenyataan pahit di Jalur Gaza.
Ia mengungkapkan, ada sekelompok besar perempuan dan anak-anak terpaksa mencari sisa makanan di antara tumpukan sampah, pemandangan yang menjadi simbol keputusasaan di tengah salah satu krisis kemanusiaan terburuk dunia.
“Saya sangat prihatin dengan meluasnya kelaparan. Bahkan di wilayah tengah Gaza, di mana organisasi kemanusiaan telah mengerahkan tim mereka, perjuangan untuk bertahan hidup tetap mengerikan,” ungkap Songai.
Ia menambahkan, mendapatkan kebutuhan dasar, kini menjadi pertarungan harian yang melelahkan dan menyakitkan, sepeti dikutip dari media Quds Press.
Yang lebih memprihatinkan, Songai menyoroti kendala besar yang dihadapi PBB dalam mengirimkan bantuan ke wilayah Gaza utara.
“Upaya kami terhenti akibat hambatan dan penolakan berulang dari pihak Israel untuk mengizinkan konvoi kemanusiaan melintas,” katanya.
Ia menegaskan, sangat mendesak bagi Israel untuk membuka akses bagi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ini.
Namun, harapan tampak semakin memudar. Krisis yang melanda Jalur Gaza terus diperburuk oleh agresi tentara pendudukan Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat dan Eropa.
Dalam kepedihan dan keputusasaan, Songai menyerukan kepada dunia untuk bertindak.