Sementara itu, di Eropa dan Amerika Utara, GMTG hadir dalam bentuk march damai dan aksi duduk di pusat kota-kota besar: London, Paris, Berlin, New York, Toronto. Di sana, para aktivis menuntut pemerintah mereka memutus hubungan militer dengan Israel dan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk bertindak tegas.
Dukungan dari Dunia Muslim dan Lintas Agama*
Dari balik puing-puing dan kesunyian akibat pemboman, warga Gaza menyambut GMTG dengan rasa haru dan harapan. Meski mereka tidak dapat menyaksikan langsung para aktivis yang berusaha masuk, pesan solidaritas ini menjadi sumber kekuatan psikologis yang luar biasa.
Seorang jurnalis warga di Gaza, Muhammad al-Ajlouni, menulis melalui akun medianya: “Setiap langkah kaki kalian menuju Gaza adalah pelindung bagi kami. Mungkin kalian tidak bisa menembus tembok, tapi suara kalian menembus langit yang mendung ini.”
Salah satu kekuatan GMTG 2024 adalah keberagaman pesertanya. Tidak hanya dari dunia Islam, tapi juga komunitas Yahudi anti-Zionis, kelompok Kristen, dan aktivis sekuler yang menentang kolonialisme. Perkiraan Ada 50-80 negara yang ikut dalam aksi ini.
Sayangnya para relawan mengalami penahanan, deportasi, & kekerasan di Mesir
• Mesir menghentikan aksi GMTG: Ribuan aktivis dari lebih dari 80 negara berkumpul di Kairo dan berencana berjalan menuju Rafah, tetapi pihak berwenang menyatakan aksi ini “zona militer” tanpa izin resmi
• Sekitar 500 aktivis ditahan dan dideportasi ke negara asal, termasuk 200–500 yang dipulangkan dari bandara atau dijemput langsung dari hotel dan bus
• Penindasan langsung terjadi: adanya bukti kekerasan seperti penggerebekan hotel, pemukulan, dan penyitaan paspor serta ponsel .
• GMTG secara resmi dinyatakan dibatalkan pada 16 Juni 2025, menyusul gelombang penahanan dan deportasi .
Demikian pula, dengan Konvoi “Soumoud” (Maghreb–Libya–Mesir)
• Konvoi darat yang berangkat dari Tunis pada 9 Juni terhenti di Sirte, Libya, ketika otoritas Haftar memblokir laju konvoi
• Setelah tidak mendapat izin melintasi Libya dan Mesir, konvoi resmi dibubarkan pada 16 Juni .
Media Sosial dan Perang Narasi : Jangan Berhenti Berisik !
Jika gerak langkah GMTG 2025 terhenti 16 Juni 2025 lalu, gerakan itu bertransformasi menjadi perang narasi di ranah digital. Kampanye #GlobalMarchToGaza dan #BreakTheSiege menjadi trending di berbagai platform. Para aktivis digital menyebarkan informasi, infografis, dan dokumentasi untuk melawan propaganda yang menyudutkan perjuangan Palestina sebagai aksi teroris.
Jangan berhenti berisik. Penyebaran informasi fakat-fakta yang terjadi di lapangan lewat media sosial, juga efektif untuk menekan israel dan pihak-pihak pendukungnya untuk segera membuka blokade sebelum penderitaan rakyat Palestina berakhir dengan kematian yang sangat menyedihkan.
Seperti yang telah dilakukan saat ini :
• Media alternatif mengecam tindakan Mesir yang disebut melindungi “blokade Israel”
• Media utama seperti Reuters dan AP mencatat bagaimana Mesir menangkap dan mendeportasi massa yang berupaya mendekati perbatasan Rafah .
• Media-media internasional lainnya, juga terus berupaya menyampaikan fakta-fakta yang terjadi terhadap GMTG, merupakan perjuangan yang sangat berarti secara online.