Denyut Kehidupan di Car Free Day (3) : Skateboarding, Cara Dede Menikmati Kebebasan

Skateboarding
Bermain skateboarding di CFD

Bermain skateboard pada Minggu pagi ini merupakan cara menikmati kota dengan cara mereka sendiri. Papan kayu itu menjadi alat untuk bergerak bebas di ruang publik yang seringkali terasa kaku.

Di atas aspal, mereka bukan sekadar anak muda dengan gaya khas, tapi juga simbol dari keberanian untuk terus bergerak di tengah pandangan orang.

Dahulu, entah mengapa, di benak saya tiap melihat pemain skatebord mereka pasti “nakal”. Entah karena perawakannya, gaya, dan penampilan yang mencolok. Aksesoris yang berlebihan atau pun cara mereka melaju, melambung orang-orang dengan kecepatan tinggi di pinggir jalan, yang dapat membahayakan pejalan kaki. Namun, Dede menanggapi pandangan itu dengan santai.

“Tergantung orangnya sih. Walaupun ada yang pikir kami nakal, itu cuma belum kenal aja. Kalau udah coba main bareng, baru tahu, ini seru kok,” ujarnya sambil tertawa kecil.

Dede justru dengan senang hati memperbolehkan saya dan teman saya, Aqifah, mencoba memainkan skateboard miliknya. Ia bahkan dengan sabar mengajari cara menjaga keseimbangan dan meluncur perlahan di atas papan itu.

BACA JUGA:  HUT Ke-79 Tahun Bhayangkara; Kami Ingin Polisi yang Layak Kami Percaya.

Cara menggunakannya tidak semudah yang terlihat. Pada akhirnya saya menyerah. Setiap kali papan kecil itu bergerak, saya merasa akan kehilangan keseimbangan dan jatuh. Tapi tawa kecil Dede membuat semuanya terasa menyenangkan.

Ternyata anggapan saya bahwa sekelompok pemain skateboard bersikap “nakal” tidak sepenuhnya benar. Dari pengalaman sederhana itu, saya terlalu cepat untuk menilai seseorang dengan melihat luarnya saja.

Seringkali, di balik gaya dan penampilan yang kerap disalahartikan, tersimpan ketulusan, keramahan, dan keterbukaan yang tak terlihat di permukaan. Momen itu mengajarkan saya bahwa penilaian cepat sering menipu, dan untuk benar-benar memahami seseorang, kita perlu memberi waktu, perhatian, dan kesediaan untuk melihat lebih jauh dari apa yang tampak.

Pagi perlahan beranjak menuju siang. Matahari makin tinggi, bayangan Dede dan teman-temannya kian memendek di atas aspal. Dentuman papan bersahut-sahutan, menandai semangat yang belum juga surut.

Di tengah hiruk-pikuk CFD Boulevard, kehadiran mereka menjadi pengingat kecil bahwa kota bukan hanya tempat untuk beraktivitas, melainkan juga ruang untuk mengekspresikan diri.

BACA JUGA:  Optimasi Biokompos dan Biofertilizer dari Limbah Pertanian, Tim Dosen PKM FAPERTAHUT UMMA Gelar FGD dan Bimtek

Sebagian orang mungkin mengira mereka hanyalah sekelompok anak muda dengan papan kayu beroda. Namun bagi Dede, setiap kali roda itu berputar, ada kebebasan yang ikut bergerak bersamanya. Kebebasan untuk tetap menjadi diri sendiri, meski di tengah keramaian yang sering kali menilai hanya dari tampilan luar.(*).

br
br