“Dan Saya baru tau jika mikroplastik bisa masuk ke tubuh ikan di Sungai dari peneltian. Mungkin karena banyaknya sampah yang dibuang sembarangan ke sungai menyebabkan ikan menjadi terkontaminasi dengan mikroplastik,” ucapnya.
Rifal berharap masyarakat untuk tidak menjadikan sungai sebagai tempat sampah, karena bisa mengancam kesehatan bukan hanya manusia tetapi juga ikan di sungai.
Sementara itu, Rafika Aprilianti, Kepala laboratorium Ecoton menjelaskan jika penemuan mikroplastik pada ikan di Sungai Balantieng dan rumput laut di Pantai Bulukumba menunjukkan semakin seriusnya pencemaran plastik di ekosistem Sungai dan laut.
Mikroplastik yang ditemukan pada organisme Laut dan Sungai ini umumnya berasal dari dua jalur utama:
Sumber primer seperti microbeads dari produk perawatan pribadi, pelet plastik industri (nurdles), serta serpihan plastik kecil dari limbah industri.
Sumber sekunder, yaitu hasil degradasi sampah plastik besar seperti kantong plastik, botol, jaring ikan, dan limbah rumah tangga yang terpapar sinar UV, gelombang laut, serta abrasi hingga terpecah menjadi partikel mikroplastik berukuran kecil.
Mikroplastik dapat masuk ke rantai makanan di sungai dan laut melalui proses bioakumulasi. Ikan mengonsumsi mikroplastik melalui dua mekanisme utama.
Pertama, saat mereka memakan plankton atau organisme kecil lainnya yang telah terkontaminasi mikroplastik. Dan kedua, secara langsung menelan mikroplastik yang tersuspensi di air.
Hal ini terjadi karena ukuran dan bentuk partikel mikroplastik sering kali menyerupai pakan alami ikan, seperti plankton, telur ikan, atau larva kecil. Beberapa mikroplastik bahkan memiliki warna, transparansi, atau gerakan di air yang mirip dengan makanan alaminya. Akibatnya, banyak ikan tidak mampu membedakan antara mikroplastik dengan mangsa alaminya, terutama pada fase larva atau juvenil ketika sistem penglihatan dan sensorik mereka masih berkembang.
Selain itu, beberapa spesies ikan yang merupakan pemakan filter (filter feeder) atau pemakan dasar (benthic feeder) juga cenderung menelan air atau sedimen secara langsung, sehingga mikroplastik ikut masuk ke dalam saluran pencernaannya.
Demikian juga dengan rumput laut yang bersifat sebagai biofilm substrat—permukaan daunnya dapat ditempeli oleh mikroplastik yang tersuspensi di air laut.
Dampak pada manusia: Ketika manusia mengonsumsi ikan atau rumput laut yang telah terkontaminasi mikroplastik, partikel plastik dan zat kimia berbahaya yang menempel di permukaannya — seperti logam berat, pestisida, dan senyawa pengganggu hormon (endocrine disrupting chemicals seperti BPA, ftalat) — berpotensi masuk ke dalam tubuh manusia.