Pengabdian Tenaga Kesehatan: “Kembangkan Sayap, Putuskan Ekor”

Memecahkan persoalan ini, mantan Presiden RI Joko Widodo resmi meluncurkan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Berbasis Rumah Sakit Pendidikan (hospital based) pada Senin, 6 Mei 2024 lalu di RSAB Harapan Kita, Jakarta.

Indonesia butuh terobosan yang berani.

“Kita harus membuat terobosan, kita harus berani memulai. Dengan 24 fakultas kedokteran yang dapat menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis dan 420 rumah sakit dari 3.000 RS di Indonesia berpotensi menjadi Rumah Sakit Pendidikan, ini harus dijalankan bersama-sama agar segera menghasilkan dokter spesialis yang sebanyak-banyaknya dengan standar Internasional,” ungkap Jokowi.

Terobosan ini mencoba mengatasi masalah utama negeri kita, yakni distribusi dokter yang tidak merata yang belum juga terselesaikan selama 79 tahun. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin (yang kembali dipercaya sebagai menteri kesehatan oleh Presiden Prabowo), telah merumuskan kebijakan rencana 15 tahun ke depan, salah satunya adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan itu.

“Kita perlu mendistribusikan sekitar 29.000 dokter spesialis sampai ke level kabupaten, kota dan ini akan secara dinamis kita lakukan,” ujar Menkes Budi.

BACA JUGA:  Dr. Achmad Fauzan : Hypnosis Bukan Dukun

Program di era Presiden Jokowi ini kemudian dilanjutselaraskan oleh Presiden Prabowo yang menugaskan Menkes Budi mempercepat pembangunan rumah sakit-rumah sakit di daerah terpencil dan tertinggal.

*Tanaman Mati*
Kurangnya tenaga kesehatan dokter di Indonesia berimplikasi pada proses pemerataan tenaga medis di desa-desa tertinggal. Tentu saja ini masalah. Tapi bagaimana soal kualitas? Apakah dokter dari luar negeri lebih baik dari dokter di Indonesia? Tidak sama sekali!

Dokter bukan persoalan. Di seantero dunia, semua dokter nyaris sama, sistem kesehatannya-lah yang membedakan. Pelayanan kesehatan paling utama dari sekadar obat-obatan dan dokter; menyusul uang (resources), alat (infrastructure), dan produk. Dengan kata lain, dokter bukan pembeda utama, tapi sistem pelayanan kesehatan.

Kualitas layanan kesehatan Indonesia pernah terburuk pada 2007 (hasil riset Universitas Gadjah Mada). Berpacu berbenah diri, sepanjang 15 tahun pelayanan kesehatan Indonesia terus membaik. Secara signifikan Indonesia menempatkan diri di urutan 39 negara dengan sistem pelayanan kesehatan terbaik di dunia (laporan CEOWORLD Magazine Health Care Index) dari 110 negara. Pencapaian ini menempatkan Indonesia di atas negara-negara tetangga seperti Malaysia, yang berada jauh di peringkat 88.

BACA JUGA:  Jangan Salah, ini Perbedaan Asam Folat dan Asam Sulfat

Pencapaian yang tidak mudah dan murah.