_“Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin”. ~ Presiden Soekarno_
NusantaraInsight, Makassar — Entah dalam situasi apa hingga filsuf Yunani Plato bertanya begini: “Dokter itu siapa, penghasil uang, pencari nafkah atau penyembuh orang sakit?” Tapi apapun itu, kujawab ia dengan sedikit berbisik “Dokter itu malaikat yang menutup sayap, yang berjuang menghilangkan ekor iblisnya.”
Malaikat jenis ini masih kurang di Indonesia.
Layanan kesehatan yang memadai sudah menjadi salah satu hak dasar bagi seluruh rakyat Indonesia. Tapi, di balik segala kemajuan infrastruktur kesehatan di kota-kota besar, ‘monster’ kenyataan pahit masih mengkhawatirkan masyarakat di desa-desa. Kekurangan tenaga kesehatan di daerah terpencil tanah air masih menjadi masalah krusial.
Jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan luas daerah dan jumlah penduduk yang ada. Tenaga medis harus berjuang untuk melakukan pelayanan kesehatan di pelosok desa dan daerah terpencil. Solusi yang dirancang dan diterapkan sering hanya bersifat temporer.
Kekurangan tenaga kesehatan menjadi ancaman serius. Sekira 56,7% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan (BPS 2020), sementara sisanya tinggal di pedesaan, di mana akses terhadap fasilitas kesehatan masih sulit dijangkau.
World Health Organization (WHO) telah menurunkan datanya yang dihimpun Index Mundi, Indonesia memiliki rasio sebesar 0,47 dokter per 1.000 penduduk (2019), yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-147 di dunia. Kemudian naik menjadi sekira 0,63 dokter per 1.000 penduduk pada 2022. Rasio dokter Indonesia terbilang cukup kecil bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga (rasio dokter di Australia 3,27 dan rasio dokter di Singapura 1,95). Dari sekian banyak penduduk di Indonesia, jumlah lulusan dokter dari fakultas kedokteran masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat.
Jumlah dokter umum di Indonesia saat ini hanya sebanyak 156.310 dokter. Untuk memenuhi target 1 dokter umum per 1.000 penduduk, Indonesia masih kekurangan 124.294 dokter umum. Sementara kemampuan 117 fakultas kedokteran di tanah air, rerata hanya sekira12.000 lulusan setiap tahun. Bagaimana dengan dokter spesialis?
Jumlah dokter spesialis di Indonesia tidak banyak, hanya 49.670 orang. Upaya mencapai rasio ideal dokter spesialis yakni 0,28 per 1.000 penduduk, Indonesia masih kekurangan 29.179 dokter. Sementara sekarang, rerata hanya 2.700 lulusan setiap tahun dari 24 fakultas kedokteran penyelenggara pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Distribusi dokter spesialis pun tidak merata; sekira 59% bertugas di Pulau Jawa.