Pemantik berikutnya Muhammad Ilham Alimuddin SE, M.Si salah satu dosen dari STIE Tri Dharma Nusantara. Dalam penyampaiannya, Ilham sapaan akrab beliau, berpendapat bahwa pendidikan sangat penting perannya untuk mempertebal semangat kebangsaaan, menempatkan Pancasila sebagai filosofi dan dasar negara Indonesia, yang sudah sepatutnya dijadikan rujukan dan pondasi segala aktivitas bangsa dan negara Indonesia. Iya juga menekankan tentang tanggung jawab moril kaum intelegensia, terkhusus mereka yang berada di perguruan tinggi, bahwa kaum intelegensia dengan kapasitas pengetahuannya mempunyai tanggung jawab dalam mewujudkan cita-cita sosial yang menjadi landasan berdirinya republik ini. Dengan demikian, kaum intelegensia tidak bisa bersikap pasif, kata Ilham yang merupakan pendiri Komunitas Literasi, “Rumah Baca Philosophia” Makassar.
Pemantik terakhir adalah Andi Risfan Rizaldi SE., MM. yang juga sebagai dosen di FEB Universitas Muhammadiyah Makassar. Beliau memulai dengan bercerita tentang kritikan Bung Hatta tentang pendidikan di masa kolonial, yang berorientasi untuk pemenuhan pegawai pemerintahan saja. Karena itu, pendidikan dimasa kolonial menjadi eksklusif. Hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tanpa menumbuhkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Andi Risfan berharap, bagaimana pandangan pendidikan Bung Hatta dapat diimplementasikan di negeri kita tercinta. Sejalan dengan pemikiran Bung Hatta bahwa pendidikan harus membentuk karakter peserta didik serta memunculkan sikap kritis dan berani berpendapat dalam proses pembelajaran. Karena, hanya dengan iklim pendidikan seperti itu, kreativitas mahasiswa dan peserta didik akan semakin berkembang serta dapat membentuk karakter pada dirinya. Risfan juga menyajikan berbagai data ketimpangan pendidikan, khususnya keluaran perguruan tinggi yang masih tergolong sangat rendah.
Dialog yang hangat, santai, namun cukup serius ini, memantik berbagai pertanyaan dari beberapa peserta yang hadir terkait tema diskusi dan penyampaian gagasan dari semua narasumber. Diskusi seperti ini sudah jarang ditemui kata Syamsu Alam sebelum mengakhiri percakapan dalam REFORMING yang ke-11 ini. Menutup seluruh rangkaian kegiatan, kata beliau bahwa karakter itu melahirkan keteladanan dan harapannya kampus atau perguruan tinggi bisa membentuk karakter. Dengan begitu, bila hal tersebut terjadi, maka apa yang telah digagas dan diujarkan oleh Bung Hatta, bisa betul-betul mewujud serta termanifestasi dalam dunia pendidikan kita. Semoga! [*]