Ma’REFAT INSTITUTE Bicarakan Paradigma Pancasila dan Kerusakan Ekologi Lingkungan

Kesempatan berikutnya disampaikan Muadz Ardin, SP., MP sebagai perwakilan dari NGO Lingkungan. Ia menyampaikan bahwa Isu lingkungan bukanlah isu yang baru. Telah banyak konferensi-konferensi dalam tingkat global dilaksanakan, tetapi hingga saat ini kerusakan lingkungan hidup masih terus terjadi dengan intensitas yang lebih besar. Lantas, bagaimana posisi Pancasila dalam konteks perbincangan kita? Para pendiri bangsa kita telah bersepakat menjadikan Pancasila sebagai falsafah bernegara. Pancasila sejatinya diambil dari nilai-nilai budaya yang telah melekat di dalam masyarakat. Itulah yang kemudian membuat begitu mudah Pancasila diterima. Lalu, dari mana nilai budaya itu hadir? Pada dasarnya bersumber dari: Pertama, nilai-nilai yang diambil langsung dari kitab suci. Kedua, nilai-nilai tradisi. Ketiga, sintesa dari nilai-nilai baru yang dibentuk berdasarkan kontrak sosial.
Berkaitan dengan krisis lingkungan, ini adalah suatu kondisi ketika lingkungan tidak lagi memberi daya dukung bagi kehidupan manusia atau organisme yang lain. Dalam beberapa dekade terakhir, pembangunan lebih berfokus pada pertumbuhan ekonomi perkapita, dengan harapan terjadinya investasi besar yang akan memberi dampak kelompok ekonomi kecil untuk berkembang. Sayangnya, yang terjadi justru tidak demikian. Hanya segelintir kelompok atau golongan tertentu yang merasakan manfaat dari pertumbuhan ekonomi, sehingga berdampak pada kesenjangan ekonomi dan sosial. Dapat disimpulkan bahwa paradigma pembangunan kita saat ini. tidak berdasarkan dengan Pancasila sebagai falsafah bernegara.

BACA JUGA:  Muhammadiyah Manggala Gelar Rapim Rutin

Pemantik terakhir Dr. Ir. Rijal M. Idrus, M.Sc menyampaikan pemikirannya dengan mengungkapkan bahwa Survey di Indonesia sebagai negara yang paling religius dengan indikator kepercayaan kepada Tuhanyang sangat tinggi, yakni kurang lebih 93 persen. Berbeda halnya dengan Jepang, yang hanya menempatkan 10 persen dari masyarakatnya yang percaya pada Tuhan. Namun parahnya, ketika survey terkait judi online keluar, Indonesia menempati posisi tertinggi. Ini memberi gambaran kepada kita bahwa ada masalah antara hubungan manusia dengan Tuhan. Dan tentu saja, berkaitan juga dengan hubungan manusia terhadap alam dan lingkungan hidup.
Salah satu pertanyaan yang beliau lontarkan adalah perusahaan apa yang terkaya sepanjang masa? Jawabannya adalah VOC, perusahaan dagang Belanda yang memiliki kekayaan ditaksir senilai 8,1 triliun dollar. Nilai tersebut setara dengan 10-20 perusahaan kaya untuk menyamai kekayaannya. Ini adalah sebuah fakta sejarah yang berhubungan dengan sejarah negara kita.
Apa pelajaran yang dapat kita ambil?
Umur negara Indonesia ialah 79 tahun. Sementara VOC mencapai kejayaannya pada umur 31 tahun. VOC dan Indonesia beroperasi di wilayah yang sama. Namun kenapa, di usia negara Indonesia yang dua kali lipat VOC, belum juga mampu menyamai kekayaan VOC. Itu berarti, ada yang salah dengan pengelolaan Sumber daya alam (SDA) kita. Benar bahwa VOC menjajah banyak tempat, tapi 98 persen kekayaannya bersumber dari bumi nusantara. Tapi pada akhirnya VOC bangkrut karena Korupsi, dan korupsi jugalah yang menjadi sebab dari segala kehancuran, termasuk krisis lingkungan hidup yang kita saksikan hari ini.
Pancasila sejatinya adalah nilai yang sangat ideal. Pembangunan yang baik sejatinya harus memperhatikan 3 aspek utama: pondasi kuat, pilar-pilar yang tegak, ditutup dengan mahkota atap yang indah. Framework Pancasila dilahirkan melalui 3 aspek tersebut.