Lima Tahun Berjuang Akhirnya di Tarang Ati

“Kedua kaki seorang hamba tidak akan berpindah pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang jasadnya untuk apa ia gunakan” ~ Hadits

NusantaraInsight, Makassar — Malam ini langit tampak teduh di Jl. Dg Muda (Rumah ibu Ismi dan Pak Mustakim), markas tempat ibu-ibu yang menamakan dirinya Ibu-ibu Rempong Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) belajar mengaji. Ada momen yang sakral dan menyentuh yakni prosesi “Tarang Ati” bagi salah satu ibu dari ibu-ibu Rempong yang bernama Ibu Herawati.

Momen ini menjadi sebuah jeda reflektif, bahwa “belajar adalah ibadah panjang, dan usia bukanlah penghalang bagi cahaya yang hendak menembus hati”. Sebab belajar merupakan kewajiban bagi seorang manusia, sebagaimana hadits Nabi SAW “Tholabul ilmi faridhotun ala kulli muslimin wal muslimat” (Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan)” ~ Hadits

Ibu Herawati di usianya yang ke-42 tahun, setelah lima tahun berjuang menapaki huruf demi huruf dari Iqra’ akhirnya ibu Herawati duduk khusyuk di hadapan Qur’an besar sebuah pencapaian yang diliputi haru dan makna. Lima tahun bukan waktu yang singkat. Di tengah segala kesibukan sebagai ibu rumah tangga, usia yang tidak lagi muda, dan segala dinamika hidup, ibu Herawati memilih tetap tekun. Bersama kelompok pengajian ibu-ibu yang mereka beri nama dengan jujur dan jenaka yaitu, “Ibu-ibu Rempong K-Apel”, ia menyemai harapan tiap huruf hijaiyah yang ia eja, dengan kesabaran dan harapan bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar dan mencintai Kalamullah. Bagi Ibu Herawati, cahaya itu tidak datang dalam gemuruh, melainkan merayap perlahan, menyusup halus ke dalam relung yang pernah padam. Di usia 37 tahun, ibu Herawati memulai langkah pertamanya dari titik nol, dari huruf yang asing, dari harapan yang sempat terlupa. Satu demi satu huruf ia akrabi, mengeja tekad dari halaman demi halaman Iqra’, seolah menenun kembali makna hidupnya. Dan kini, di usia 42, tepat pada Senin, 21 April 2025, Bertepatan dengan hari Kartini, seiring gema semangat Kartini, perempuan pembuka jalan pengetahuan, perempuan kuat menyalakan terang.

BACA JUGA:  Komunitas Arung Sejarah Budaya Sawerigading Akan Adakan Seminar dan Tour Literasi Objek Pemajuan Kebudayaan

Ini bukan sekadar capaian teknis membaca, tapi sebuah kelahiran baru, sebuah kemenangan yang lahir dari keikhlasan dan ketekunan belajar dalam usia yang tidak lagi muda, dalam semangat bersama kelompok ibu-ibu yang dengan penuh canda “Ibu-Ibu Rempong K-Apel”. Tapi justru dalam “kerempongan” itulah ketekunan tumbuh, saling menyemangati seperti keluarga yang menanam satu benih harapan, ingin membaca Kalam Allah SWT, dengan benar. “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” ~ Hadits