NusantaraInsight, Makassar — “Ketika seorang menjadi wali kota, pastilah saya bingung, masalahnya tidak ada sekolah wali kota. Itulah sekelumit kata yang disampaikan Dahlan Abubakar saat memberikan sedikit sambutan saat didaulat menerima buku Jika Saya Menjadi Wali Kota Makassar pada soft launching buku tersebut, di Pusat Kegiatan Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) di Lorong Daeng Jakking Kelurahan Parangtambung Kecamatan Tamalate, Minggu (1/9/2024).
“Kata bingung itu, saya dapat ketika suatu hari saya bertanya kepada salah seorang wali kota, setelah setahun menjabat,” ungkap Dahlan.
“Pertanyaannya sederhana, ketika Anda dilantik pada siang hari dan pada malam hari tidur, saat bangun keesokan pagi, apa yang ada di benak dan hendak dilakukan sebagai seorang wali kota? Setelah berfikir beberapa jenak, dia pun menjawab, “saya bingung” “mengapa bingung?” tanyaku, “bingung apa yang harus saya lakukan pada hari pertama menjalankan tugas!,” jawabnya. “Bukankah ada kegiatan seremoni yang harus dihadiri?,” tanya saya lagi.
“Itu rutinitas seorang wali kota, sudah biasa,” jawabnya.
“Bukankah ada visi misi?,” cecar saya. “Visi misi bukan barang jadi yang siap ‘dimakan’, dia hanya kumpulan rencana dan keinginan,” jawabnya. Kira-kira seperti itulah bentuk tanya jawab saya kepada salah seorang wali kota ketika dia pertama kali menjabat,” kisah Dahlan Abubakar mengingat tanya jawabnya beberapa tahun silam.
“Jadi wali kota ketika pertama kali menjabat, dia bingung apa yang akan dilakukan,” ujar mantan Pemimpin Redaksi Harian Pedoman Rakyat ini.
Menanggapi hal ini, Founder Komunitas Anak Pelangi Rahman Rumaday yang juga merupakan inisiator dan penghimpun naskah buku, menyampaikan kekagumannya atas sosok Mantan Humas Universitas Hasanuddin ini.
Ia menyampaikan bahwa orang atau penulis yang pertama mengirim naskah untuk buku Jika Saya Menjadi Wali Kota Makassar adalah Dahlan Abubakar.
“Beliau ini sungguh luar biasa. Beliau saya hubungi pagi untuk mengirimkan naskah buku, Alhamdulillah pukul 10.00 malam, Beliau sudah mengirimkan kepada saya. Jadi beliau yang pertama saya hubungi dan beliau juga yang pertama mengirimkan naskahnya,” ungkap Rahman Rumaday yang kerap disapa Bang Maman ini.
Pria berkacamata tebal ini, tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya atas sosok tokoh pers nasional ini.
“Mungkin orang baru di dunia kepenulisan jika mereka tak mengenal Dahlan Abubakar,” tutur Maman mengungkapkan kekagumannya.
Diketahui buku setebal 207 halaman ini, ditulis oleh 31 penulis Sulsel dari berbagai latar belakang. Baik itu akademisi, sastrawan, wartawan, PNS hingga mahasiswa.