Diluncurkan, Buku “Mappinawang, Santri Pejuang HAM dan Demokrasi”

Mappinawang
Armin Mustamin Toputiri,Baharuddin Moenta, dan Wahyuddin Kessa

Prof. Karta Jayadi menilai, Mappinawang seorang yang religius. Dalam pengakuannya, meskipun Mappinawang memiliki pacar sendiri, namun dia mengikuti kehendak orang tuanya untuk menikahi keluarga dan sepupunya sendiri, Lenawati.

“Mapinawang bisa adaptif dengan siapa pun.” ujar Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) tersebut yang tampil sebagai ‘komentator’ kedua.

Karta Jayadi menyebutkan, dalam sosok Mappinawang terdapat filosofi hidup orang Bugis berani (warani), jujur (lempu), teguh (getteng) dan cerdas (acca).

“Sembilan tahun mengenal Mappinawang, saya memperoleh banyak keteladanan dalam persahabatan,”kunci Karta Jayadi.

Alwy Rachman memandang Mappinawang dalam metakonteks yang panjang, setelah mengenalnya sejak tahun 1997 dalam berbagai kegiatannya, khususnya keterlibatannya dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Dia menilai, Mappinawang adalah sosok yang kosmopolit, meskipun dihadapkan pada masalah-masalah yang sulit dan rumit.

Sudirman HN mengatakan persentuhannya dengan Mappinawang tidak begitu lama. Sebagai ‘santri’ pertama Pesantren IMMIM Tamalanrea, Sudirman HN awalnya menilai dia akan bersikap otoriter dan paternalistik. Namun dalam kenyataannya, Mappinawang adalah figur yang egaliter dan ramah dengan siapa pun.

BACA JUGA:  Kokohkan Perjuangan Pahlawan Menuju Indonesia Emas 2045, Kemenkumham Gorontalo Tabur Bunga di TMP Pentadio

“Kak Mappi tidak menggunakan ‘privilege’ (hak istimewa) yang sebenarnya bisa saja digunakan,” ungkap Sudirman HN dalam acara peluncuran yang dipenuhi undangan tersebut.

Ikut memberikan komentar selain empat pembicara ini adalah Syamsuddin Umar, Nasiruddin Pasigai, Bahar Ngitung, dan Nasrun Hamzah. (MDA).

 

br