Mantra Ardhana. Instrumen Mengubah Hidup

Itulah sebabnya dalam manajemen klasik sering digunakan kedua instrumen itu. Target yang tinggi diberikan agar karyawan bergerak. Jika tidak tercapai, seseorang akan menerima sanksi-sanksi menakutkan. Kalau tidak juga berubah, maka rasa sakit digunakan. Rasa sakit biasanya diwujudkan dengan mengambil aneka kenikmatan yang biasa diterima, termasuk bonus, jabatan, dan yang paling berharga adalah pekerjaan.

Seperti kata orang-orang bijak, “Hidup akan menjadi mudah jika kita mau keras (sakit) terhadapnya!”

Seseorang mungkin merasakan sakit itu sebagai ketidakadilan, tetapi mungkin juga dihayati bahwa rasa
sakit yang tidak enak itu merupakan instrumen untuk mengubah hidup. Jika kesakitan itu tidak bisa juga mengubah Anda, itu pertanda Anda sudah mati. Dan seperti makhluk mati lainnya, Anda benar-benar kaku.

“Apa keterkaitan dari kedua hal ini, bli?” tanya saya.

“Karma!” jawab Mantra

Dalam bahasa Sanskerta, karma adalah konsep “aksi” atau “perbuatan” yang dalam agama Hindu dan agama Buddha dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (yaitu, siklus yang disebut “samsara”). Dalam konsep “karma”, semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Efek karma dari semua perbuatan dipandang sebagai aktif membentuk masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Hasil atau ‘buah’ dari tindakan disebut karmaphala.

BACA JUGA:  Ini Pekerjaan dengan Gaji Tinggi di Indonesia

Karena pengertian karma adalah pengumpulan efek-efek (akibat) tindakan/perilaku/sikap dari kehidupan yang lampau dan yang menentukan nasib saat ini, maka karma berkaitan erat dengan kelahiran kembali (reinkarnasi). Segala tindakan/perilaku/sikap baik maupun buruk seseorang saat ini juga akan membentuk karma seseorang di kehidupan berikutnya (sumber: Wikipedia).

“Apa yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Hasilnya disebut karmaphala,” simpul Mantra

#akuAIR – Perumnas Ampenan, 01-10-2024