Seandainya Lakkang Jadi Laboratorium Wisata Berkelanjutan (1)

Lakkang
Naik pincara ke Lakkang

Bedanya, dahulu saya naik perahu di dermaga lama, yang masuknya dari arah depan SD Inpres Kera-Kera. Kalau dari arah sini, waktu tempuhnya ke Lakkang sekira 30 menit. Sepanjang perjalanan, mata kita akan dimanjakan oleh deretan hutan nipah yang tumbuh subur di sepanjang aliran sungai. Tumbuhan dengan nama Latin, nypa fruticans ini merupakan tumbuhan palem yang memang banyak tumbuh di daerah pasang surut ait laut atau hutan bakau.

Saat berkunjung itu, saya melihat warga yang tengah memanen buah nipah, sambil tetap berada di atas lepa-lepa (perahu kecil). Tandan buah nipah itu mengumpul rapat. Setiap buah, kira-kira sebesar salak, tapi lebih bulat. Daging buah nipah tebal dan berair dengan rasa manis, mirip kelapa muda. Warga biasa memanfaatkan buah nipah untuk dibikin ballo (tuak). Namun, nira dari tandan buahnya ini bisa dijadikan pemanis. Sementara pelepah daunnya bisa dijadikan atap rumah, bakul, tikar, dan kerajinan lainnya.

Kini, jalur yang pernah saya lewati itu tidak lagi menjadi akses utama ke Lakkang. Memang masih ada dermaga dan beberapa perahu pappalimbang bersandar di sana, tapi aktivitas antar muat penumpang tidak terlihat, kala saya berkunjung pada Jumat, 28 Februari 2025. Dermaga beratap seng di sana masih kokoh, dengan bangku-bangku panjang yang biasa digunakan pengunjung saat menunggu perahu. Bentuk bangunannya yang mirip aula, kadang berubah fungsi, dijadikan sebagai tempat menggelar hajatan warga.

BACA JUGA:  Mendagri Tito Lantik Prof Zudan Sebagai Pj Gubernur Sulsel

“Sudah tidak mi menyeberang dari situ. Dermaganya sesekali dipakai warga untuk pesta pernikahan, kalau tamunya banyak,” ungkap Pak Patta, seorang warga yang saya temui pagi itu.

Di sebelah kiri dermaga, saya melihat ada tiang besi berdiri tegak, dan dipasangi alat monitoring pengukur kualitas air sungai. Panel yang menggunakan tenaga surya ini merupakan bantuan Australia Global Alumni, bekerja sama dengan Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP), dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Sulawesi Selatan. Di situ tegas tertulis, peringatan agar alat tersebut jangan dirusak dan diambil.

Rute dan waktu tempuh dari dermaga Kera-Kera ke Dermaga Mandiri di Lakkang, yang dianggap relatif lama, bagi saya, justru di situlah keseruan perjalanannya. Ada semacam pengalaman adventure nan eksotis, dibanding sekarang dengan rute waktu singkat. Meski perjalanannya lama, tapi begitu tiba di dermaga, jalan menuju kampung lebih dekat. Tak cukup 100 meter, kita sudah bisa tiba di Kantor Kelurahan Lakkang. Bandingkan dengan rute yang baru, yang akan saya lalui ini.