Public Relation Butuh Keterampilan Jurnalistik

Menurut Fredrich yang juga mantan GM Perum LKBN Antara, pelatihan ini sangat strategis, tinggal memadukan kerja jurnalistik profesional dengan juknis yang sudah tersedia sehingga hasil tulisan dari fakta pelayanan tersaji secara baik sebagai “press claar” pola piramida terbalik yang cenderung mengarah pada indepht news (berita mendalam) untuk memberi kesempatan publik mengetahui informasi dari BPJS secara mendalam dan lengkap serta memberi kesempatan bagi wartawan memanfaatkan informasi tersebut untuk disiarkan kembali di medianya.

Menurut Fyan Andinasari, era digital membuat sistem layanan PR, baik internal maupun eksternal harus melakukan adaptasi cepat, sebab layanan informasi dari kineja institusi tidak hanya menggunakan press release untuk teman teman pers (wartawan), namun kini dengan adanya online news internal institusi seperti BPJS melalui Jamkesnews, maka saluran berita dapat dilakukan secara efektif kepada masyarakat tanpa pembatasan sekat dan waktu.

Artinya kemampuan menguasai kerja jurnalistik harus pula dikuasai profesi PR, agar fakta layanan, prestasi hingga meluruskan sesuatu yang kurang baik dapat dilakukan secara elegan, baik dan profesional, di samping tetap menjalin hubungan humanis secara langsung dengan teman teman wartawan.

BACA JUGA:  Disdik Makassar Pastikan SPMB 2025 Tak Ada Titip-Menitip

Kerja PR melalui adaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi (IT) sebagai upaya agar publik memiliki pendapat dan sikap yang baik terhadap institusi, serta PR idealnya terus melakukan hubungan simbiosis mutualisme dengan Pers secara humanis dalam memberikan pelayanan informasi maksimal kepada masyarakat, ujarnya.

Mitha Mayestika mengingatkan kepada peserta latih bahwa foto jurnalistik tidak sekedar memotret (taking picture) melainkan harus membuat gambar (making picture) karena foto berita akan dinilai baik, jika baik pula isi gambar dan beritanya.

Metode EDFAT (Entire, Detil, frame, Anggle, Time) dapat digunakan saat peliputan foto sebab metode ini melatih cara pengambilan gambar secara rinci (detil) yang tajam serta tahapan tahapan yang harus dilakukan pada setiap unsur, kata Mitha sambil memperagakan teknik tersebut.

Selain itu, kualitas foto atau video news sangat ditentukan oleh aspek teknis dan aspek visual, sehingga melakukan pemotretan atau pengambilan gambar video harus dilakukan secara tepat yakni tepat gambar dan tepat waktu, sebab peristiwa yang sudah lewat, tidak bisa diulang lagi.

BACA JUGA:  PAN Nonaktifkan Eko Patrio dan Uya Kuya

Berbagai praktek jurnalistik tulis, foto dan video dilakukan pada pelatihan 12 jam tersebut, termasuk praktek satu moment dengan empat liputan yakni doorstop (wawancara cegatan), foto longshoot, medium shoot, close up.