3) Matthes bernama lengkap Benjamin Frederik Matthes. Pada tahun 1847, ia ditunjuk oleh pengurus organisasi Alkitab Belanda (Nederlandsch Bijbelgenootschap) untuk meneliti sastra Bugis, termasuk I La Galigo, secara ilmiah langsung di Sulawesi Selatan. Selain itu, Matthes juga ditugasi menjadi misionaris, serta menerjemahkan Alkitab ke bahasa Bugis dan bahasa Makassar. Selengkapnya baca: https://sulsel-idntimes-com.cdn.ampproject.org/v/s/sulsel.idntimes.com/life/education/amp/ahmad-hidayat-alsair/perjuangan-gigih-bf-matthes-dan-colliq-pujie-bukukan-i-la-galigo?
4) Dalam beberapa kesempatan diskusi, ada satu-dua penulis yang membuat pernyataan menggelitik, jangan-jangan Daeng Pamette itu adalah Matthes.
5) Ini salah satu perubahan nama jalan dari Jalan Cenderawasih menjadi Jalan Opu Daeng Risadju. Silakan dibaca pada link ini https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/sulsel/berita/d-6889257/alasan-danny-ganti-nama-jalan-cenderawasih-makassar-jadi-opu-daeng-risadju/amp?
6) Nama Daeng Pamatte pernah jadi salah satu ruas jalan di Makassar, tapi kemudian diganti dengan Jalan Manggis. Ini terjadi ketika dilakukan perubahan besar-besaran nama jalan pada era Walikota Makassar, Ahmad Dara Sjahruddin. Lihat buku “Pedoman Kota Besar Makassar” diterbitkan oleh Usaha Penerbit Tri Bhakti, 1954
7) Buku karya Daeng Pamatte
8) Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dirancang Kemendikbudristek sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka yang bertujuan untuk mendorong tercapainya Profil Pelajar Pancasila. Adapun program ini diterapkan dengan menggunakan paradigma baru, yakni melalui pembelajaran berbasis projek.
9) Dahulu, pada era Orde Baru, ada pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) bagi anak sekolah, dan Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang diterapkan kepada mahasiswa, pegawai negeri, dan berbagai profesi lainnya.
10) Jabatan syahbandar, dalam bahasa Makassar
11) Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng Manguntung bergelar Tumapa’risi’ Kallonna. Baca: Syarifuddin Daeng Kulle dan Zainuddin, 2008, “Aksara Lontara Makassar 2”, Makassar: Pustaka Refleksi
12) Jabatan sebagai Juru Bicara Kerajaan Gowa
13) Berarti raja yang disembah dalam bahasa Makassar
14) Disebut juga Ukiri’ Jangang-Jangang. Baca: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Aksara_Makassar_Kuno
15) Mula-mula aksara yang dibuat oleh Daeng Pamatte terdiri dari 18 huruf lalu bertambah menjadi 19 huruf, pada 100 tahun kemudian. Disebut sebagai aksara Lontarak karena ditulis di atas daun pohon lontar