Intan tak mampu lagi menahan air matanya, kisah hidupanya dua puluh tahun lalu serasa pedih, perih menggores lubuk hatinya yang paling dalam. Mengenang masa kecilnya yang indah harus berakhir sedemikian cepatnya.
“Intan… Sejak saat itu aku hanya berdua dengan Ibuku, Ibuku berjuang membesarkan aku sendiri, hidupku antara ada ayah dan tiada, Intan tak sanggup lagi menahan isak tangisnya dan kesedihan yang mendalam sambil mengangkat kedua tangannya ia berdoa “Ya Allah di mana akan kucari ayahku, pertemukan aku denga Ayahku ya Allah”
Intan merasakan kesedihan dan pilu hati sahabatnya, ia dapat merasakan kerinduan Tina pada ayahnya yang entah kapan bisa bertemu apakah masih hidup atau sudah tiada, hanya Takdir Allah yang dapat mempertemukan mereka. Air mata Tina membasahi pipinya, ia hanya memandang langit yang mendung.
Tina berharap keajaiban akan datang, doa yang tak pernah putus ia panjatkan “Ya Allah lindungi ayahku di manapun ia berada dan tunjukkan kepadaku di mana kan ku cari ayahku….air mata kerinduan seorang anak.. akan terus mengalir.”
Butta Salewangan, 15 Februari 2025