Mengutip laman Britannica, zionisme termasuk gerakan nasionalis Yahudi. Mereka memiliki tujuan mendirikan negara nasional Yahudi di Palestina yang dianggap sebagai tanah air kuno orang Yahudi. Lewat gerakan zionisme ini lantas banyak orang-orang Yahudi yang eksodus ke Palestina sejak 1930.
Zionisme (bahasa Ibrani: צִיּוֹנוּת, translit. Tsiyonut) adalah gerakan nasionalis Yahudi internasional yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah negara Yahudi di wilayah Palestina.[1][2] Gerakan Zionis muncul di Eropa tengah dan timur pada akhir abad kesembilan belas dan menyerukan kepada orang-orang Yahudi untuk bermigrasi ke tanah Palestina dengan tujuan kembali kepada tanah nenek moyang mereka (Eretz Israel) dan menghasilkan masyarakat ekslusif murni Yahudi untuk membebaskan diri dari Antisemitisme dan penganiayaan yang terjadi pada mereka selama ribuan tahun. Orang-orang Yahudi terakhir menempati tanah Palestina pada zaman Kekaisaran Romawi dibawah pemerintahan raja-raja dinasti Hasmonean, dan pada tahun 132-135 M mereka memberontak terhadap Romawi dan kalah dan dibuang oleh Kaisar Hadrian yang akhirnya merubah nama daerah tersebut dari Yudea menjadi Provinsi Romawi Syria-Palaestina dan menganeksasi penuh daerah tersebut sebagai balas dendam dengan tujuan untuk menghapus jejak orang-orang Yahudi. Para Diaspora dan pemimpin gerakan Zionis menyerukan pembentukan negara yang diinginkan di wilayah tersebut yang saat itu dikuasai Kesultanan Utsmaniyah.
Kata “Zionis” berasal dari kata Ibrani “Zion” (bahasa Ibrani: ציון), yang merupakan salah satu nama panggilan Gunung Sion di Yerusalem seperti yang disebutkan dalam kitab Yesaya,[4] sementara istilah Sion pertama kali disebutkan dalam Perjanjian Lama ketika disajikan kepada Raja David, yang mendirikan kerajaannya 1000–960 SM. Istilah ini diciptakan oleh filsuf Nathan Birnbaum pada tahun 1890, untuk menggambarkan gerakan Pecinta Sion , dan penunjukan mengadopsi Kongres Zionis pertama pada tahun 1897.
Istilah Zionisme juga dinisbahkan kepada sebuah tempat bernama “zion” di Yerusalem yang disebutkan di dalam Kitab Mazmur 9:12. Dalam ayat ini, Zion dinyatakan sebagai tempat bersemayam bagi Tuhan, sehingga menjadi tempat bermazmur. Zion menjadi tempat untuk mengadakan upacara persembahan kepada Tuhan. Pemilihan tempat ini dilakukan setelah Raja Daud menaklukkan Yerusalem dan menjadikannya sebagai ibu kota kerajaannya.
Pemikir Zionis mengatakan bahwa kebutuhan untuk mendirikan tanah air nasional Yahudi kuno muncul, terutama setelah penawanan Babilonia di tangan Nebukadnezar, serta kepercayaan dari orang-orang Yahudi yang beragama bahwa “tanah perjanjian” (nama Yahudi untuk tanah Palestina) “Tuhan telah menganugerahkannya kepada anak-anak Israel, pemberian ini abadi dan tidak dapat diubah” kecuali mereka tidak melakukannya. Mereka sangat antusias tentang Zionisme, mengingat bahwa Tanah Perjanjian dan Negara Israel tidak boleh didirikan oleh manusia seperti yang terjadi, tetapi harus dibangun oleh Mesias yang ditunggu-tunggu.