NusantaraInsight, Gaza — Pejuang gerakan perlawanan Hamas yang berbasis di Jalur Gaza mengumumkan serangan terhadap pusat komando Israel di bagian utara wilayah pesisir, dan membunuh tujuh tentara Israel di tempat lain di seluruh wilayah Palestina.
Baca juga: Diskominfo SP Sulsel Gelar FPD
Brigade Ezzedine al-Qassam, sebutan untuk sayap bersenjata Hamas, mengumumkan informasi tersebut dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, (8/3/2024) seperti dilaporkan jaringan televisi Al Jazeera Qatar.
Serangan terhadap pusat komando menyebabkan para pejuang menggunakan drone untuk melepaskan dua roket anti-personil terhadap sasaran di lokasi yang terletak di sebelah timur kota Beit Hanoun.
Brigade juga melaporkan membunuh seorang perwira Israel di tempat lain dekat kota.
Menurut pernyataan terpisah, para pejuang di Gaza selatan menyerang dan membunuh enam tentara Israel yang berada di dalam sebuah rumah di utara Khan Younis.
Perkembangan ini terjadi di tengah perang Israel melawan Gaza pada tanggal 7 Oktober yang dilancarkan setelah Badai al-Aqsa, sebuah serangan mendadak yang dilakukan oleh gerakan perlawanan wilayah pesisir terhadap wilayah-wilayah pendudukan.
Sekitar 600 tentara Israel tewas dalam operasi perlawanan yang dilakukan untuk mempertahankan Gaza dalam menghadapi perang yang sejauh ini telah merenggut nyawa lebih dari 30.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Jumat lalu, Ynetnews, situs harian Israel Yediot Ahronot, melaporkan bahwa militer rezim tersebut menghadapi masalah sumber daya manusia yang kritis karena kekurangan ribuan pasukan.
“Tentara mengalami kekurangan personel yang semakin parah,” kata laporan itu, seraya menambahkan bahwa mereka “sangat membutuhkan tambahan 7.000 tentara, dan setengah dari jumlah tersebut ditujukan untuk peran tempur.”
Angka-angka yang “belum pernah terjadi sebelumnya” ini menggarisbawahi “kejutan” yang dialami oleh militer Israel setelah terjadinya lebih dari lima serangan.
Akhir bulan lalu, Menteri Urusan Militer Israel Yoav Gallant menyoroti besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh perang terhadap militer rezim tersebut.
“Kami membayar harga yang sangat mahal bagi pasukan kami… Kerugian yang kami keluarkan dalam hal jumlah kematian dan cedera sangat tinggi,” kata Yoav Gallant pada saat itu.