Kemenangan Zohran Mamdani dan Doa Al Fatihah Imam Shamsi Ali

Oleh Aslam Katutu

NusantaraInsight, Makassar — Di usia 34 tahun, Zohran Kwame Mamdani menorehkan babak baru dalam sejarah politik Amerika. Politikus muda keturunan Asia Selatan ini resmi terpilih sebagai Wali Kota New York, mengalahkan dua nama besar — Andrew Cuomo, mantan gubernur yang berpengaruh, dan Curtis Sliwa, aktivis konservatif yang dikenal luas.

Kemenangan yang diumumkan pada 4 November 2025 itu bukan sekadar pergantian figur pemimpin. Ia menandai perubahan arah dan semangat baru dalam politik kota metropolitan terbesar di Amerika Serikat.

Mamdani bukan hanya wali kota Muslim pertama di New York, tetapi juga wali kota termuda dalam lebih dari seratus tahun. Perjalanan menuju puncak ini tidak mudah.

Saat pertama kali mengumumkan pencalonannya, Mamdani hanyalah seorang anggota parlemen negara bagian yang nyaris tak dikenal publik luas.

Namun, lewat pesan yang menyentuh isu-isu paling dekat dengan warga — biaya hidup, perumahan, dan keadilan sosial — ia berhasil menyalakan harapan di tengah masyarakat yang jenuh dengan politik lama.

BACA JUGA:  Andi Mattalatta, Kodam Pertama di Indonesia dan Wawancara Pejuang

Kampanyenya menekankan ide-ide progresif: membekukan kenaikan sewa, menyediakan perumahan terjangkau, menaikkan upah minimum menjadi 30 dolar per jam, dan membuat bus kota gratis.

Dengan strategi akar rumput, ribuan relawan muda, serta dukungan donasi kecil dari warga, gerakan Mamdani tumbuh menjadi gelombang besar perubahan.

Dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat, ia membuat kejutan besar dengan mengalahkan Cuomo selisih 13 poin. Cuomo kemudian maju sebagai calon independen, namun sekali lagi harus menerima kekalahan.

Selama masa kampanye, perdebatan publik berlangsung sengit. Mamdani berhadapan dengan Cuomo dan Sliwa membahas isu keamanan, transportasi, hingga hubungan luar negeri.

Meski dikritik karena usia muda dan pengalaman politik yang masih terbatas, ia menjawabnya dengan gagasan segar dan pendekatan empatik terhadap warga.

Dukungan pun datang dari kalangan progresif nasional seperti Bernie Sanders dan Alexandria Ocasio-Cortez, dua figur yang kerap tampil bersamanya dalam rapat umum. Namun, sebagian elit Demokrat New York memilih bersikap netral.

Kini, kemenangan Mamdani bukan hanya tentang pergantian kepemimpinan, tetapi juga simbol pergeseran zaman. Ia menjadi representasi generasi baru yang percaya bahwa kota modern bisa tetap manusiawi — di mana politik bukan hanya soal kekuasaan, tapi juga soal keberpihakan dan keadilan bagi semua lapisan masyarakat.

BACA JUGA:  Bonus Demografi: Peluang dan Tantangan Bagi Pemuda Indonesia

Tapi ada yang mencuri perhatian saya, hadirnya Ustad Imam Shamsi Ali menjelang Pemilihan, dengan memimpin Doa membaca Al fateha, tentunya tidak terlepas dari kemenangan ini.

br