Jejak di Ujung Syawal
( Balada Halal Bi Halal)
Oleh : M Hamri
Setelah senyap takbir surut ke langit,
kita adalah daun-daun gugur
yang saling mencari akar dalam angin.
Langkah-langkah tua dan muda
menyusuri jalan pulang,
menyulam benang-benang kusut
di ujung sehelai sajadah silaturahmi.
Wajah-wajah itu,
seperti cermin yang telah lama berdebu,
menyeka luka dalam lirih senyum.
Tangan-tangan yang dulu menggenggam bara,
kini menengadah seperti ranting basah
meminta pelukan hujan pertama.
Kata-kata,
yang dulu tumpul dan tajam,
kini menari liris di atas lidah,
menjadi jembatan dari dada ke dada.
Di antara tawa dan tangis,
ada detik-detik rapuh
yang kita tambal dengan pelukan
dan tatapan yang tak lagi menuduh.
Kita duduk di beranda hati,
membuka pintu yang dulu terkunci
dengan salam yang bukan sekadar formalitas.
Di meja hidangan,
ketupat bukan hanya santapan—
ia adalah simpul-simpul maaf
yang direbus dalam sabar dan doa.
Sirup manis menutup getir
yang dulu mengendap di relung dada.
Dan saat tangan menyatu,
kita bukan lagi dua jiwa bersilang,
tapi sungai yang telah menemukan muaranya.
Kope, 9 Syawal 1446
8 April 2025