Mantra Ardhana. Instrumen Mengubah Hidup

Oleh Agus K Saputra

NusantaraInsight, Ampenan — Pertemuan saya dengan bli Mantra Ardhana, seorang Visual Poetry dari Mataram, menghasilkan dua intisari penting. Semacam catatan refleksi terhadap apa yang terjadi dalam diri dengan lingkungan sekitarnya. Apa saja?

Pertama terkait checks and balances. Ini soal serius menyangkut bangsa dan bernegara. Karena checks and balances adalah prinsip ketatanegaraan yang mengatur pembagian kekuasaan dalam suatu negara agar tidak terpusat pada satu lembaga atau individu. Prinsip ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sentralisasi kekuasaan, kesewenangan, dan penggunaan kekuasaan secara tiranik.

Pembagian kekuasaan itu juga semata-mata untuk menjamin hak-hak asasi masyarakat agar tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh penguasa. Mengutip Lord Acton, Mantra mengingatkan, “Power tends to corrupt, but absolute power corrupts absolutetly.” Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung menyalahgunakan, tetapi manusia yang mempunyai kekuasaan mutlak pasti akan menyalahgunakan.

Hal ini sejalan dengan Trias Politica dari Monsterquieu dalam bukunya L’esprit des Lois (The Spirit of Laws), yakni suatu konsep mengenai kehidupan bernegara dengan melakukan pemisahan kekuasaan, yang diharapkan akan saling lepas dalam kedudukan sederajat. Sehingga dapat saling mengendalikan dan saling mengimbangi satu sama lain (checks and balances).

BACA JUGA:  FIFGROUP Jelajah Hati: Dari Perusahaan ke Hati Masyarakat Indonesia

“Semangat Monsterquieu ujungnya adalah membatasi kekuasaan agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan yang mana akan melahirkan kesewenang-wenangan!” tambah Mantra.

Kedua, raga dan jiwa harus dibersihkan. Reset your life! Istilah ini diungkap Mantra setelah sembuh dari sakitnya. Mengatur ulang hidup tidak lain bagaimana menyelaraskan kembali hidup dengan nilai-nilai inti dan tujuan.

“Saya kira ini adalah sebuah rahasia spiritual yang begitu mendalam dan “berproses” sangat maknawi dan manusiawi,” ujar Mantra.

Butuh waktu untuk mencernanya, sehubungan ada peristiwa spiritual “dahsyat” di dalamnya. Untuk itu, saya menggunakan “pendekatan“ dari catatan Rhenald Kasali (Let’s Change!, 2014: hal.45). Di mana dalam pembaruan alam semesta, Tuhan menggunakan dua instrumen untuk memperbaharui manusia, yakni instrumen rasa takut dan instrumen rasa sakit.

Bagi orang-orang tertentu, rasa takut sudah bisa membuatnya berubah. Contoh, seorang anak muda berubah setelah melihat betapa menyeramkan otak manusia korban narkoba (yang digambarkan mirip otak sapi gila, di internet). Orang-orang seperti ini adalah mereka yang dianugerahi DNA Perubahan (Change DNA) unsur O (Openness to experience) yang tinggi. Namun, ada juga orang yang belum mau berubah meski rasa takutnya sudah amat jelas. Orang-orang seperti ini baru berubah setelah rasa sakit melebihi rasa takut.