SKEMA: RAGNAR & NATURA TUNGGAL IKA

_Ragnar Oratmangoen buka puasa di dua pertandingan. Selalu minum dengan posisi berlutut, tidak berdiri
_Ragnar Oratmangoen buka puasa di dua pertandingan. Selalu minum dengan posisi berlutut, tidak berdiri

Ragnar merupakan bagian dari sensasi kebangkitan timnas melalui program naturalisasi yang dijalankan Coach Shin (Tae-yong) dan didukung penuh Ketua Umum PSSI Erick Thohir yang pernah menjadi Presiden Inter Milan. Nama-nama pemain program naturalisasi lainnya adalah Thom “The Professor” Haye, Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, Justin Hubner, Rafael Struick, Jordi Amat, Ivar Jenner, Marc Klok, Sandy Walsh, Shayne Pattinama, Elkan Baggott. Daftar ini masih bisa tambah panjang dengan rencana naturalisasi Calvin Verdonk, Ole Romeny, Jens Raven, Jairo Riedewald, dan lainnya.

Kebijakan “menyuntik pemain asing” yang tidak lahir di Indonesia dan tidak ditempa dan berlaga dalam sistem kompetisi domestik ini pada awalnya merupakan kontroversi besar atas nama nasionalisme. Banyak yang menentang. Namun setelah melihat prestasi timnas yang terus moncer dan mengalami peningkatan signifikan di peringkat FIFA (kini pada #134 setelah kemenangan atas Vietnam, namun Erick Thohir masih membidik 100 Besar), semakin banyak masyarakat Indonesia mendukung program naturalisasi ini.

Ada dua hal penyebabnya.
Pertama, pemain yang dinaturalisasi masih punya darah Indonesia, entah dari ayah-ibu atau kakek-nenek mereka. Ini berbeda dengan pemain naturalisasi timnas Malaysia yang tidak mengharuskan adanya hubungan darah. Bagi negeri jiran, jika ada pemain asing yang sudah merumput beberapa tahun di liga mereka bisa langsung dinaturalisasi.

BACA JUGA:  Indonesia Juara Piala AFF, Tekuk Thailand 1-0

Kedua, program naturalisasi timnas negara lain yang paling sukses sejauh ini ditunjukkan oleh Maroko yang berhasil meraih peringkat empat (mencapai semifinal) di Piala Dunia Qatar 2022. Ini prestasi spektakuler yang tak pernah dibayangkan bahkan oleh mereka sendiri sebelum turnamen dimulai dimulai.

Dari 26 nama pesepakbola yang dipanggil Pelatih Walid Regragui untuk menyusun timnas Maroko, 14 di antara mereka adalah pemain hasil naturalisasi yang lahir di luar Maroko dan mengikuti kompetisi di sejumlah liga Eropa. Di antaranya Hakim Ziyech (lahir di Belanda; klub terakhir Chelsea), Achraf Hakmi (Spanyol; Paris-Saint-Germain), Noussair Mazraoui (Belanda; Bayern Munich), dan Yassine Bounou (Kanada; Sevilla).

3/
Nasionalisme di dalam sepak bola–dan dalam bidang kehidupan apa pun–sudah tak bisa lagi dilihat secara sempit hanya berdasarkan tempat lahir semata di tengah ‘dunia tanpa batas’ ( _borderless world_)—meminjam istilah yang digunakan Kenichi Ohmae dalam buku berjudul sama.

Hatta seseorang yang lahir di Tanah Ibu Pertiwi, besar dan bekerja di Indonesia, tetapi jika tega melakukan korupsi sampai Rp271 triliun seperti komplotan _haram jadah_ yang menggasak PT Timah—seorang pelaku bahkan pernah menjabat Ketua Satgas Tambang Timah Ilegal!—maka orang-orang ini sama sekali bukan nasionalis, berapa pun besar pajak pribadi yang pernah mereka bayarkan kepada negara. Sejatinya, mereka adalah pengkhianat bangsa.