NusantaraInsight, Makassar — Ka’bah adalah sebuah bangunan di tengah-tengah masjid paling suci dalam agama Islam, Masjidil Haram, di Makkah, Arab Saudi.
Tempat ini adalah tempat yang paling disucikan dalam agama Islam. Ka’bah juga disebut sebagai Baitullah atau Bait Allah (Rumah Allah), serta merupakan kiblat untuk orang Islam di seluruh dunia saat mendirikan Salat.
Ka’bah adalah bangunan berbentuk segi empat yang diselimuti kain penutup hitam atau kiswah. Ka’bah adalah arah menghadap setiap muslim di seluruh penjuru dunia ketika melakukan shalat.
Lalu hal menggelitik datang, ada benda apakah yang berada di dalam Ka’bah ?
Informasi yang valid dari isi Ka’bah dari 1,6 miliar muslim sedunia hanya segelintir saja yang tahu dan bisa masuk ke dalam.
Hanya Raja-Raja Arab Saudi, keluarga kerajaan dan pejabat negara yang bisa masuk ke dalam Ka’bah saat dicuci dan penutupnya diganti.
Ka’bah dicuci dua kali dalam satu tahun, yakni pada tanggal 15 Sha`ban (bulan sebelum bulan puasa, Ramadhan) dan pada pertengahan Muharam, yakni bulan setelah Zulhijah dimana umat Islam menunaikan rukun ke lima Islam untuk naik haji.
Ritual pencucian ini dimulai dengan salat sunnah dua rakaat di dalam. Saat berada di dalam, jemaah boleh salat menghadap ke mana saja.
Bagian dalamnya lalu dibersihkan dengan kain putih yang dibasahi air mawar, wewangian khas Arab beraroma kayu oud dan parfum beraroma musk, yaitu minyak kelenjar rusa.
Air zamzam dipercikkan ke lantai Kakbah kemudian lantai dipel dengan tangan kosong dan daun kurma.
Isi dalam Ka’bah
Mantan Menteri Agama Tarmizi Taher yang sudah 13 kali mendapat kesempatan memasuki Ka’bah, pernah mengatakan bahwa dinding dalam Ka’bah, atap, lantai, serta tiga tiangnya biasa saja seperti dinding batu lainnya.
“Ada ceret dan teko di dalam Kakbah. Itu hadiah dari raja, khalifah dan sultan,” katanya.
Akun Twitter resmi Masjidil Haram mengungkap foto-foto terbaru berisikan penampakan bagian dalam dari Kakbah. Begini lho…bagian dalam Kakbah. Foto: @haramainarchive
Konstruksi Ka’bah
Sisi bagian timur Ka’bah tingginya l4 meter, sementara sisi barat dan selatan l2,11 meter dan 11,28 meter dari sisi utara. Lantai bagian dalam dilapisi keramik berwarna, sementara atapnya ditunjang tiga pilar kayu, masing-masing berdiameter 44 cm.
Struktur atap terdiri atas dua lapisan, bagian atas dan bawah, sementara dinding bagian dalam ditutup dengan layar terbuat dari beludru hijau yang diganti tiap tiga tahun sekali.
Pada atap bagian teratas terdapat ventilasi dengan panjang 127 cm dan lebar l04 cm untuk memberikan kesempatan bagi cahaya matahari masuk. Ventilasi ditutup dengan kaca penguat yang dibuka saat acara pencucian.
Dilapisi Emas Murni
Pintu Kakbah yang berada pada 225 cm di atas permukaan tanah, tingginya 310 cm, lebar 40 cm dan panjang 190 cm, terbuat dari kayu yang dilapisi 280 kg emas murni
Pada dinding sebelah Barat yang berhadapan dengan pintu Kakbah digantungkan sembilan pigura yang terbuat dari marmer dan bertuliskan nama-nama khalifah yang telah memperbaiki dan memperbarui Ka’bah yang agung. Kesemuanya itu tertulis setelah Abad 6H.
Sisi Ka’bah yang lain dilapisi marmer putih setinggi dua meter dan di atasnya ditutupi dengan tirai warna merah dari kain sutera yang bertuliskan “Syahadatain” dan Asma ul-Husna dalam bentuk angka 8 atau 7 Arab berselang-seling. Kaligrafi tersebut hadiah dari Raja Fahd.
Di antara tiga tiang di dalam Kakbah ada tempat untuk meletakkan barang yang terbuat dari perak murni untuk menyimpan barang, seperti antara lain : teko-teko , ceret, pajangan , dan barang-barang bersejarah lainnya yang terbuat dari emas dan perak yang telah berusia puluhan bahkan ratusan tahun lalu.
Barang-barang itu merupakan hadiah dari raja-raja, khalifah dan para sultan.
Demikian penjelasan singkat tentang asal muasal teko dan ceret di dalam Ka’bah.