ASPIDMIL Kejaksaan Tinggi Sulsel: Euforia IdulFitri Tak Sebatas Selebrasi Kemenangan

Aspidmil
Asisten Pidana Militer (Aspidmil) Kejaksaan Tinggi Sulsel, Kolonel Laut Dr M Asri Arief, SH, M.Si, CTMP, menyampaikan sosialisasi Bidang Pidana Militer (Pidmil)

(Ceramah Tarwih di Masjid Quba Kabupaten Pangkep)

NusantaraInsight, Pangkep — Asisten Pidana Militer (Aspidmil) Kejaksaan Tinggi Sulsel, Kolonel Laut Dr M Asri Arief, SH, M.Si, CTMP, menyampaikan sosialisasi Bidang Pidana Militer (Pidmil) yang dikemas dalam bentuk ceramah Tarwih di Masjid Quba, Kabupaten Pangkep, Sulsel, pada Sabtu malam (29 Maret 2025).

Aspidmil mengapresiasi DKM Quba dan seluruh jamaah, karena diberi waktu di pengujung Ramadhan.

 

“Sangat luar biasa, karena tahun ini mendapatkan kesempatan menyampaikan informasi Bidang Pidmil yang dikombinasikan dengan ceramah agama di hadapan jamaah Tarwih dan Shubuh yang dilaksanakan di Kota Makassar dan Kabupaten Pangkep,” urai Aspidmil.

Detik-detik terakhir Ramadhan, Aspidmil mengajak agar fokus pada peningkatan kualitas ibadah.

Nabi SAW menegaskan: “Akan datang suatu musibah setelah kepergiannya”.

Para sahabat pun bertanya: “Musibah apa ya Rasulullah dan siapa yang akan pergi?”

Nabi SAW menjawab singkat: “Ramadhan”.

Musibah yang dimaksud adalah hilangnya peluang melipatgandakan pahala ibadah, termasuk ruginya orang yang mendapati Ramadhan. Namun gagal meraih ampunan Allah SWT.

BACA JUGA:  Selama Ramadhan, 'Relawan Maccini for IAS Gubernurku' Bagi Takjil di Kerung-kerung

Aspidmil juga mengingatkan, batas waktu membayar zakat di pengujung Ramadhan.

Zakat menurut sebagian ahli dikonotasikan sebagai “tulang”. Ada juga yang menganalogikan sebagai “penyempurna”.

Diibaratkan tulang, jelas Aspidmil, seseorang yang mengkonsumsi ikan bandeng maka boleh dipastikan menyisakan tulang.

“Tulang inilah yang diibaratkan zakat, harus dibayarkan karena terdapat hak orang lain”, tegas Aspidmil.

Sebagai penyempurna, dicontohkan seseorang yang ingin menjahit baju atau celana, maka kain yang digunakan terdapat bagian yang tergunting (terbuang).

“Tidak mungkin seluruh kain yang ada digunakan untuk membentuk baju atau celana. Adanya guntingan yang harus dibuang justru menjadi penyempurna terbentuknya sebuah baju atau celana yang layak dipakai secara etika dan estetika,” urai alumni Fakultas Hukum Unhas angkatan 87 itu.

Di akhir ceramahnya, Aspidmil juga menyampaikan hakikat Idul Fitri sebagai momentum kemenangan mengendalikan hawa nafsu, menahan diri dari makan dan minum.

Puncak euforia, berhasil menjauhi berbagai kegiatan yang dapat merusak pahala ibadah.

Idul Fitri merupakan titik awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik, tempaan kawah candradimuka Ramadhan guna meraih predikat “takwa” sekaligus menjustifikasi terpeliharanya diri untuk tetap melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

BACA JUGA:  Muslimah Wahdah Bulukumba Kembali Gulirkan Agenda Spesial Ramadhan

Dikutip dari buku “How Did The Prophet & His Companions Celebrate Eid?”, umat Islam menggelar perayaan Hari Raya Idul Fitri pertama pada tahun kedua Hijriyah atau setelah perang Badar.